Daftar Isi
- 1 1. Mengubah Cara Pandang terhadap Penolakan
- 2 2. Beri Ruang untuk Merasa Kecewa, Tapi Jangan Berlarut
- 3 3. Fokus pada Hal yang Bisa Dikendalikan
- 4 4. Belajar dari Setiap Penolakan
- 5 5. Bangun Kekuatan Mental (Mental Toughness)
- 6 6. Jangan Ambil Penolakan Secara Pribadi
- 7 7. Gunakan Penolakan Sebagai Bahan Bakar untuk Berkembang
- 8 8. Latih Diri untuk Menerima “Tidak” dengan Lapang Dada
- 9 Tegar Bukan Berarti Tak Tersentuh
Gubuku.id – Setiap orang pasti pernah mengalami penolakan — entah itu ditolak dalam pekerjaan, hubungan, pertemanan, atau bahkan ide yang kita ajukan tidak diterima orang lain. Namun, sering kali penolakan dianggap sebagai kegagalan besar. Padahal, menurut Psychology Today, penolakan bukanlah tanda bahwa kita tidak berharga, melainkan bentuk umpan balik alami yang membantu kita tumbuh dan memperbaiki diri (Psychology Today, 2022).
Dengan memahami bahwa penolakan adalah bagian dari perjalanan hidup, kita bisa mengubah cara pandang: dari merasa gagal menjadi kesempatan untuk belajar. Dalam dunia pengembangan diri, kemampuan menghadapi penolakan disebut resilience — yaitu keteguhan mental untuk bangkit kembali setelah mengalami situasi sulit.
1. Mengubah Cara Pandang terhadap Penolakan
Langkah pertama untuk menghadapi penolakan dengan tegar adalah mengubah sudut pandang. Banyak orang menganggap penolakan sebagai bukti bahwa dirinya tidak cukup baik. Padahal, tidak semua penolakan berarti kita gagal — terkadang, itu hanyalah tanda bahwa jalan tersebut belum sesuai untuk kita.
Sebagai contoh, penulis terkenal J.K. Rowling pernah ditolak oleh 12 penerbit sebelum akhirnya buku Harry Potter diterbitkan dan menjadi fenomena dunia. Jika Rowling berhenti di tengah jalan karena penolakan, dunia mungkin tidak akan pernah mengenal kisah penyihir muda tersebut.
Penolakan bukan akhir dari perjalanan, tapi pintu menuju arah baru yang lebih tepat. Jadi, alih-alih bertanya “Mengapa aku ditolak?”, ubah pertanyaannya menjadi “Apa yang bisa kupelajari dari pengalaman ini?”.
2. Beri Ruang untuk Merasa Kecewa, Tapi Jangan Berlarut
Tidak apa-apa merasa sedih ketika ditolak — itu reaksi manusiawi. Menurut riset dari American Psychological Association (APA, 2021), penolakan memicu bagian otak yang sama dengan rasa sakit fisik. Artinya, rasa “sakit hati” itu benar-benar nyata secara biologis.
Namun, penting untuk tidak terjebak terlalu lama dalam kesedihan. Izinkan diri menangis, menulis perasaan di jurnal, atau curhat ke teman yang bisa dipercaya. Setelah itu, mulai lepaskan. Menahan emosi terlalu lama justru bisa membuat kita kehilangan motivasi untuk melangkah.
Tips sederhana: tulislah perasaan kamu dalam bentuk surat (tidak perlu dikirimkan). Ini membantu mengeluarkan beban emosi dan membuat hati terasa lebih lega.
3. Fokus pada Hal yang Bisa Dikendalikan
Kita tidak bisa mengendalikan bagaimana orang lain menilai kita, tapi kita bisa mengendalikan cara kita merespons. Dalam bukunya The 7 Habits of Highly Effective People, Stephen R. Covey menekankan pentingnya berfokus pada “lingkar pengaruh” — hal-hal yang berada dalam kendali kita.
Daripada terus memikirkan mengapa penolakan terjadi, lebih baik gunakan energi itu untuk memperbaiki diri. Misalnya:
-
Jika ditolak dalam lamaran kerja, pelajari apa yang kurang dari CV atau kemampuan wawancara kamu.
-
Jika ditolak dalam hubungan, mungkin ini kesempatan untuk mengenal diri sendiri lebih dalam.
-
Jika ide kamu tidak diterima, bisa jadi itu waktu yang tepat untuk menyempurnakan konsep atau mencari audiens yang lebih cocok.
Dengan berfokus pada hal yang bisa kita kendalikan, kita akan merasa lebih berdaya dan tidak mudah terpuruk.
4. Belajar dari Setiap Penolakan
Setiap penolakan menyimpan pelajaran berharga. Menurut penelitian yang diterbitkan di Frontiers in Psychology (2020), orang yang mampu memaknai penolakan secara positif cenderung memiliki tingkat self-growth yang lebih tinggi daripada mereka yang menghindari rasa sakit.
Coba refleksikan setiap pengalaman penolakan dengan beberapa pertanyaan berikut:
-
Apa penyebab utama penolakan ini?
-
Apa yang bisa aku tingkatkan dari diriku?
-
Apakah ada pola penolakan yang sering terjadi?
-
Apa yang bisa aku lakukan berbeda di masa depan?
Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, penolakan tidak lagi terasa seperti kegagalan, tapi lebih seperti guru kehidupan yang memberi pelajaran penting.
5. Bangun Kekuatan Mental (Mental Toughness)
Ketegaran lahir dari kekuatan mental. Orang yang kuat secara mental bukan berarti tidak pernah merasa sedih atau kecewa, tapi mereka tahu bagaimana bangkit kembali setelah jatuh.
Beberapa cara untuk membangun mental yang tangguh antara lain:
-
Rutin berlatih rasa syukur. Dengan menulis tiga hal yang disyukuri setiap hari, kita mengubah fokus dari kekurangan menjadi kelimpahan.
-
Jaga kesehatan fisik. Tubuh yang sehat membantu menjaga kestabilan emosi.
-
Kelilingi diri dengan orang positif. Lingkungan yang mendukung membuat kita lebih mudah pulih dari luka emosional.
-
Latih afirmasi positif. Katakan pada diri sendiri, “Aku cukup baik,” atau “Aku belajar dari pengalaman ini.”
Menurut buku Grit karya Angela Duckworth (2016), keberhasilan jangka panjang tidak hanya ditentukan oleh bakat, tetapi oleh ketekunan dan ketegaran dalam menghadapi hambatan.
6. Jangan Ambil Penolakan Secara Pribadi
Terkadang, penolakan bukan tentang kita — melainkan tentang situasi atau orang lain. Misalnya, ketika ide kita tidak diterima di kantor, mungkin karena waktu atau anggaran belum memungkinkan, bukan karena gagasan kita buruk.
Dalam banyak kasus, penolakan hanyalah hasil dari ketidakcocokan, bukan kegagalan pribadi. Dengan berpikir seperti ini, kita bisa menjaga harga diri tetap utuh dan tidak merasa rendah diri.
Penulis motivasi Mark Manson dalam bukunya The Subtle Art of Not Giving a Fck* mengatakan bahwa “kita tidak bisa menyenangkan semua orang, dan itu tidak apa-apa.” Jadi, jangan biarkan penolakan membuat kamu meragukan nilai dirimu sendiri.
7. Gunakan Penolakan Sebagai Bahan Bakar untuk Berkembang
Beberapa orang menjadikan penolakan sebagai motivasi untuk membuktikan diri. Misalnya, Walt Disney pernah dipecat dari koran karena dianggap “tidak punya imajinasi.” Namun, ia tidak menyerah dan justru menciptakan salah satu kerajaan hiburan terbesar di dunia.
Gunakan penolakan sebagai pembakar semangat. Alih-alih berpikir “aku tidak bisa,” ubah menjadi “aku akan berusaha lagi dengan lebih baik.” Ketika kamu menjadikan penolakan sebagai energi untuk bertumbuh, kamu tidak hanya menjadi lebih kuat, tapi juga lebih bijak.
8. Latih Diri untuk Menerima “Tidak” dengan Lapang Dada
Cobalah tantangan kecil: latih diri menerima “tidak” tanpa merasa sakit hati. Misalnya, ajukan ide ke teman dan siaplah jika ditolak, atau minta umpan balik jujur dari atasan meski risikonya terdengar menyakitkan.
Dengan sering berhadapan dengan situasi seperti ini, kita akan terbiasa menerima penolakan tanpa drama. Menurut riset oleh Dr. Jia Jiang, penulis buku Rejection Proof, seseorang yang berani menghadapi penolakan berulang kali justru menjadi lebih percaya diri dan tahan banting.
Tegar Bukan Berarti Tak Tersentuh
Menjadi tegar bukan berarti tidak merasa sedih atau kecewa, tetapi mampu bangkit setelah mengalami penolakan. Penolakan bukan akhir dari segalanya — justru sering kali merupakan awal dari sesuatu yang lebih baik.