Daftar Isi
Gubuku.id – Dalam kehidupan sehari-hari umat Islam, pelaksanaan sholat merupakan sebuah kewajiban yang harus dijalankan lima kali sehari.
Sholat Subuh, Dzuhur, Asar, Maghrib, dan Isya memiliki waktu dan jumlah rakaat yang telah ditentukan.
Dalam kitab “Sullam al-Munajah” karya Syekh Nawawi Al-Bantani, kita dapat menemukan penjelasan mengenai hikmah di balik ketentuan waktu dan jumlah rakaat Sholat tersebut.
Mari kita melihat lebih dekat bagaimana kisah-kisah para nabi terdahulu memberikan makna mendalam pada ibadah sholat ini.
Sholat Subuh: Terbitnya Fajar Setelah Kegelapan
Sholat Subuh, yang pertama kali dilaksanakan oleh Nabi Adam, bermula ketika beliau turun dari surga ke bumi.
Dalam kegelapan malam yang penuh ketakutan, fajar yang menyinari bumi membawa kedamaian pada Nabi Adam.
Dua rakaat pertama Subuh menjadi ungkapan syukur karena diselamatkan dari kegelapan, sedangkan rakaat kedua sebagai bentuk rasa syukur atas terbitnya fajar yang menerangi bumi.
Sholat Dzuhur: Empat Rakaat Syukur Nabi Ibrahim
Nabi Ibrahim menjadi pelaksana sholat Dzuhur setelah peristiwa di mana Allah memerintahkan beliau untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail.
Dengan pergantian Nabi Ismail oleh domba surgawi, Nabi Ibrahim menyampaikan syukur kepada Allah.
Empat rakaat sholat Dzuhur menjadi simbol syukur atas penggantian yang dilakukan Allah, hilangnya kesedihan, permohonan ridha, dan syukur atas karunia yang diberikan.
Sholat Ashar: Keselamatan Nabi Yunus dari Kegelapan
Nabi Yunus melaksanakan sholat Ashar setelah keluar dari dalam perut ikan.
Keselamatan Nabi Yunus dari empat kegelapan – di dalam perut ikan, di dalam air, di malam hari, dan di dalam perut ikan itu sendiri – menjadi inspirasi bagi sholat Ashar.
Empat rakaat sebagai bentuk syukur kepada Allah atas keselamatan dari kegelapan-kegelapan tersebut.
Sholat Maghrib: Perlindungan Nabi Isa dari Kejaran Kaumnya
Nabi Isa melakukan sholat Maghrib setelah diselamatkan dari kejaran kaumnya.
Rakaat pertama menyatakan keyakinan akan tauhid, rakaat kedua menghapus tuduhan fitnah terhadap ibunya, dan rakaat ketiga memantapkan keyakinan bahwa semua yang terjadi adalah ketetapan dari Allah.
Sholat Isya: Syukur Nabi Musa Atas Pertolongan Allah
Nabi Musa, setelah diselamatkan dari berbagai kesedihan, melaksanakan sholat Isya sebagai ungkapan syukur.
Keempat rakaat sholat tersebut menjadi bentuk terima kasih kepada Allah atas pertolongan-Nya dalam mengatasi kesedihan yang melanda Nabi Musa.
Melalui kisah-kisah ini, dapat dipahami bahwa waktu dan jumlah rakaat dalam sholat memiliki makna mendalam dan sarat hikmah.
Ibadah sholat tidak hanya sebagai kewajiban, tetapi juga sebagai perjalanan spiritual yang menghubungkan umat Islam dengan sejarah dan hikmah yang mendalam.
Semoga pemahaman ini memberikan inspirasi dan kekhusyukan dalam menjalankan ibadah sholat yang menjadi tiang utama dalam kehidupan umat Islam.
Tetaplah melaksanakan sholat dengan penuh keikhlasan dan rasa syukur, karena setiap gerakan dan waktu sholat memiliki nilai spiritual yang mendalam. Wallâhu a‘lam.
Sumber : Kemenag