Kapan Puasa Ramadan 1446 H Dimulai? Potensi Perbedaan Muhammadiyah dan NU

Gubuku.id – Menjelang datangnya bulan suci Ramadan 1446 H, pertanyaan mengenai kapan dimulainya ibadah puasa tentu menjadi perhatian utama umat Islam di Indonesia. Seperti tahun-tahun sebelumnya, potensi perbedaan antara Muhammadiyah dan NU dalam menentukan awal Ramadan kembali muncul.

Artikel ini akan mengulas secara lengkap bagaimana kedua organisasi Islam terbesar di Indonesia ini menetapkan awal Ramadan, serta potensi perbedaan yang mungkin terjadi.

Metode Penetapan Awal Ramadan:

Secara garis besar, terdapat dua metode utama yang digunakan dalam menentukan awal bulan Hijriah, termasuk Ramadan:

  1. Hisab: Metode perhitungan astronomis untuk memprediksi posisi bulan. Metode ini didasarkan pada perhitungan matematis dan astronomi yang akurat.
  2. Rukyat: Metode pengamatan hilal (bulan sabit pertama setelah bulan baru) secara langsung. Metode ini dilakukan dengan melihat hilal pada saat matahari terbenam pada tanggal 29 bulan sebelumnya.
Baca Juga  Pertandingan Sengit di Anfield Berakhir Imbang, Liverpool vs Manchester United Berbagi Poin

Penetapan Awal Ramadan oleh Muhammadiyah:

Muhammadiyah dikenal konsisten menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal dalam menentukan awal bulan Hijriah. Metode ini berfokus pada perhitungan astronomis yang presisi untuk menentukan apakah hilal sudah wujud (ada) di atas ufuk pada saat matahari terbenam.

Untuk Ramadan 1446 H, Muhammadiyah telah menetapkan:

  1. 1 Ramadan 1446 H: Sabtu, 1 Maret 2025
  2. Idul Fitri 1446 H: Minggu, 30 Maret 2025

Penetapan ini didasarkan pada hasil hisab yang menunjukkan bahwa ijtimak (konjungsi bulan) terjadi pada Jumat, 28 Februari 2025, pukul 00:44 GMT. Pada saat matahari terbenam di tanggal 28 Februari 2025, hilal diperkirakan sudah berada di atas ufuk dan memenuhi kriteria wujudul hilal.

Penetapan Awal Ramadan oleh NU dan Pemerintah:

Nahdlatul Ulama (NU) dan pemerintah Indonesia menggunakan metode rukyatul hilal yang dipadukan dengan hisab. Artinya, perhitungan hisab digunakan sebagai pedoman awal, namun penetapan resminya tetap menunggu hasil pengamatan hilal secara langsung.

Pemerintah biasanya mengadakan sidang isbat pada tanggal 29 Sya’ban yang dihadiri oleh perwakilan berbagai organisasi Islam, ahli astronomi, dan pihak terkait lainnya. Dalam sidang isbat tersebut, hasil rukyat dan hisab akan dibahas dan dianalisis untuk menentukan awal Ramadan.

Baca Juga  Kapan Medical Check Up Gratis di Luncurkan? Kado Ulang Tahun dari Pemerintah

Potensi Perbedaan:

Perbedaan antara Muhammadiyah dan NU dalam menetapkan awal Ramadan seringkali terjadi karena perbedaan metode yang digunakan. Muhammadiyah yang menggunakan hisab cenderung lebih awal dalam menetapkan tanggal, sedangkan NU dan pemerintah yang menggunakan rukyat menunggu hasil pengamatan hilal.

Jika pada saat rukyat pada tanggal 28 Februari 2025 hilal terlihat, maka awal Ramadan akan sama dengan Muhammadiyah, yaitu Sabtu, 1 Maret 2025. Namun, jika hilal tidak terlihat, maka awal Ramadan akan diundur satu hari, yaitu Minggu, 2 Maret 2025.

Menyikapi Perbedaan:

Perbedaan dalam penetapan awal Ramadan bukanlah hal yang baru dan seharusnya tidak menjadi sumber perpecahan di antara umat Islam. Kedua metode, hisab dan rukyat, memiliki dasar yang kuat dalam ajaran Islam.

Penting bagi umat Islam untuk:

  1. Saling Menghormati: Menghargai perbedaan pendapat dan keyakinan dalam penetapan awal Ramadan.
  2. Menjaga Ukhuwah Islamiyah: Mengutamakan persatuan dan kesatuan umat Islam di atas perbedaan pendapat.
  3. Mengikuti Ketentuan yang Ditetapkan: Mengikuti keputusan yang telah ditetapkan oleh organisasi atau pemerintah yang diyakini.
Baca Juga  Cara Mudah Cek dan Daftar PKH & BPNT 2025 Lewat HP

Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadan 1446 H jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025 berdasarkan metode hisab. Sementara itu, NU dan pemerintah akan menunggu hasil rukyat pada 28 Februari 2025 untuk menetapkan awal Ramadan. Potensi perbedaan mungkin terjadi, namun penting bagi umat Islam untuk tetap menjaga persatuan dan saling menghormati.