Seni Berinteraksi dengan Orang yang Berbeda Pandangan

Gubuku.id – Setiap manusia tumbuh dari latar belakang yang berbeda — keluarga, pendidikan, lingkungan sosial, hingga pengalaman hidup. Semua hal tersebut membentuk cara seseorang melihat dunia. Karena itulah, perbedaan pandangan adalah hal yang wajar dan tidak bisa dihindari.

Menurut penelitian dari Pew Research Center (2022), lebih dari 80% orang dewasa di dunia pernah mengalami perbedaan pendapat serius dengan orang lain di lingkungan sosialnya. Namun, penelitian itu juga menunjukkan bahwa kemampuan mendengarkan dan empati dapat menurunkan konflik interpersonal hingga 60%. Ini membuktikan bahwa bukan perbedaannya yang menjadi masalah, tetapi cara kita menyikapinya.

Tantangan dalam Berinteraksi dengan Orang yang Berbeda Pandangan

Berinteraksi dengan orang yang tidak sepemikiran memang tidak mudah. Kita sering kali tergoda untuk membela pendapat sendiri atau bahkan merasa tersinggung saat orang lain tidak setuju. Ada beberapa tantangan utama dalam situasi ini:

  1. Ego dan emosi. Saat diskusi mulai panas, emosi bisa menguasai logika. Banyak orang lebih ingin menang daripada memahami.

  2. Kurangnya empati. Tidak semua orang mau mendengar alasan di balik pandangan orang lain.

  3. Stereotip dan prasangka. Kadang, kita menilai seseorang hanya karena perbedaan pendapat tanpa melihat konteks yang lebih luas.

Psikolog sosial Jonathan Haidt dalam bukunya The Righteous Mind (2012) menjelaskan bahwa manusia cenderung membela kelompok atau nilai moralnya sendiri. Hal ini membuat perbedaan pendapat mudah berubah menjadi pertentangan, bukan diskusi sehat.

Seni Mendengarkan Sebelum Menilai

Kunci pertama dalam seni berinteraksi adalah mendengarkan dengan niat memahami, bukan membalas. Saat seseorang mengungkapkan pandangannya, beri ruang bagi mereka untuk menjelaskan alasan di balik pendapat tersebut.

Menurut Harvard Business Review (2020), keterampilan mendengarkan aktif dapat meningkatkan efektivitas komunikasi hingga 40%. Cara menerapkannya antara lain:

  1. Jangan langsung menyela.

  2. Ulangi poin penting untuk memastikan Anda memahami maksudnya.

  3. Gunakan kalimat seperti “Aku mengerti maksudmu” atau “Itu sudut pandang yang menarik.”

Dengan begitu, lawan bicara merasa dihargai meski Anda tidak setuju dengannya.

Menjaga Nada dan Bahasa Tubuh

Seni berinteraksi bukan hanya soal kata-kata, tetapi juga sikap dan ekspresi. Bahasa tubuh yang positif dapat membuat suasana diskusi tetap hangat meski ada perbedaan pendapat.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:

  1. Jaga kontak mata. Ini menunjukkan ketertarikan dan rasa hormat.

  2. Hindari nada tinggi. Suara keras bisa dianggap sebagai ancaman atau kemarahan.

  3. Gunakan senyuman ringan. Senyum membantu mencairkan suasana tegang.

Penelitian dari University of California, Berkeley (2019) menemukan bahwa 55% pesan dalam percakapan disampaikan melalui bahasa non-verbal. Artinya, cara kita menyampaikan sesuatu lebih berpengaruh daripada isi kata itu sendiri.

Berpikir Sebelum Menanggapi

Saat seseorang mengutarakan pendapat yang berlawanan dengan pandangan kita, luangkan waktu sejenak untuk berpikir. Jangan buru-buru menanggapi dengan reaksi emosional.
Coba tanyakan pada diri sendiri:

  1. “Apakah tanggapanku ini membangun atau justru memancing konflik?”

  2. “Apakah aku memahami konteks pandangannya?”

  3. “Apakah perbedaan ini memang perlu diperdebatkan?”

Baca Juga :  Pentingnya Memberi Ruang untuk Diri Sendiri

Dalam banyak kasus, diam dan mendengarkan adalah pilihan terbaik dibanding memperpanjang perdebatan yang tidak produktif. Seperti kata filsuf Yunani, Epictetus:

“Kita memiliki dua telinga dan satu mulut agar kita bisa mendengar dua kali lebih banyak daripada berbicara.”

Menemukan Titik Kesamaan

Seni interaksi juga berarti mencari persamaan di tengah perbedaan. Mungkin kita berbeda pandangan politik, tetapi sama-sama peduli terhadap lingkungan. Atau mungkin berbeda selera musik, tetapi sama-sama menyukai keindahan seni.

Membangun komunikasi dari kesamaan bisa menjadi jembatan untuk memahami perbedaan.
Sebagai contoh, menurut artikel di Psychology Today (2021), menemukan nilai bersama dalam percakapan dapat meningkatkan rasa saling percaya hingga 70%. Ini menunjukkan bahwa hubungan sosial bisa tetap harmonis meski ada perbedaan pandangan.

Menghindari Diskusi yang Tidak Perlu

Tidak semua perbedaan harus diperdebatkan. Kadang, bijaksana berarti tahu kapan harus berhenti membahas sesuatu. Jika diskusi sudah mulai mengarah pada konflik atau tidak menghasilkan solusi, lebih baik alihkan pembicaraan ke hal lain.

Anda bisa mengatakan dengan sopan seperti:

“Aku menghargai pendapatmu, tapi mungkin kita punya cara pandang berbeda. Tidak apa-apa, yang penting kita tetap saling menghormati.”

Sikap ini menunjukkan kedewasaan emosional dan kemampuan sosial yang matang.

Belajar dari Perbedaan

Setiap interaksi dengan orang berbeda pandangan adalah kesempatan untuk belajar. Mungkin Anda tidak akan berubah pendapat, tetapi bisa memahami dunia dari perspektif lain.
Misalnya, berbicara dengan seseorang yang berbeda keyakinan bisa membuat kita lebih toleran. Atau berdiskusi dengan orang yang berpandangan politik lain bisa memperluas wawasan kita tentang realitas sosial.

Menurut American Psychological Association (APA, 2020), keterbukaan terhadap pandangan baru dapat meningkatkan kecerdasan sosial dan mengurangi stres interpersonal. Jadi, perbedaan bukan ancaman, melainkan peluang untuk berkembang.

Menumbuhkan Sikap Toleransi dan Empati

Dua hal yang paling penting dalam seni berinteraksi adalah toleransi dan empati.

  1. Toleransi berarti menerima bahwa orang lain punya hak untuk berpikir berbeda.

  2. Empati berarti berusaha memahami alasan di balik pandangan itu.

Dengan dua hal ini, perbedaan tidak lagi menjadi sumber pertengkaran, melainkan sarana memperkaya perspektif hidup.

Sebagaimana dijelaskan oleh UNESCO (2021), masyarakat yang menjunjung tinggi toleransi dan empati akan lebih mudah membangun perdamaian sosial yang berkelanjutan.

Seni berinteraksi dengan orang yang berbeda pandangan bukan tentang siapa yang benar atau salah, tetapi tentang bagaimana kita menjaga rasa hormat dalam perbedaan.
Mulailah dari hal kecil: dengarkan lebih banyak, kendalikan emosi, dan cari titik kesamaan. Dengan begitu, kita bisa hidup dalam masyarakat yang lebih harmonis dan saling menghargai.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *