Gubuku.id – Sir Alex Ferguson adalah sosok yang tak tergantikan di Manchester United. Dengan masa jabatannya yang luar biasa selama 26 tahun, Ferguson berhasil membawa klub ini ke puncak kejayaan. Namun, setelah pensiun pada 2013, setiap manajer yang menggantikan posisinya selalu merasa berat dalam memenuhi ekspektasi besar yang diwariskan Ferguson. Artikel ini akan membahas tantangan yang dihadapi para manajer setelah era Ferguson, termasuk Erik ten Hag yang baru-baru ini kehilangan jabatannya karena gagal memenuhi harapan.
Kejayaan di Bawah Sir Alex Ferguson
Ferguson adalah manajer yang luar biasa. Selama 26 tahun di Manchester United, dia berhasil mempersembahkan 39 trofi, termasuk 13 gelar Liga Inggris dan dua kali memenangkan Liga Champions. Di bawah kepemimpinannya, Manchester United mengubah mentalitasnya dari klub yang biasa menjadi raksasa sepak bola Eropa. Sebelum Ferguson, United belum pernah memenangkan liga sejak 1967 dan butuh tujuh tahun sejak kedatangannya untuk meraih gelar liga pada tahun 1993.
Namun, meskipun Ferguson meraih banyak kesuksesan, awal kariernya di United sebenarnya sulit. Selama lima tahun pertamanya, timnya hanya finis di peringkat ke-11, kedua, ke-11 lagi, ke-13, dan akhirnya ke-6 sebelum sukses besar di tahun 1993. Kesabaran manajemen United terhadap Ferguson di masa-masa awal ini merupakan salah satu alasan mengapa dia akhirnya sukses.
Bayang-Bayang Sir Alex Ferguson bagi Para Penerusnya
Bayang-bayang Ferguson menjadi beban berat bagi para manajer yang menggantikannya. Ekspektasi tinggi dari penggemar yang terbiasa dengan kemenangan dan trofi membuat setiap manajer baru berada di bawah tekanan luar biasa. Setelah Ferguson pensiun, United menunjuk David Moyes sebagai penerusnya. Ferguson sendiri yang merekomendasikan Moyes, sesama pelatih asal Skotlandia, namun sayangnya Moyes hanya mampu bertahan satu musim. Tim asuhannya finis di peringkat ketujuh, hasil terburuk United dalam 24 tahun terakhir.
Manajer-Manajer Setelah Era Ferguson
Setelah kegagalan Moyes, Manchester United beralih ke pelatih asal Belanda, Louis van Gaal. Van Gaal berhasil mempersembahkan Piala FA, namun gaya kepelatihannya yang kaku dan kurangnya kedekatan dengan fans membuat masa jabatannya di Old Trafford berakhir singkat.
Kemudian datanglah José Mourinho, pelatih berpengalaman dengan ego besar yang dirasa cocok untuk United. Di bawah Mourinho, United memenangkan Liga Europa, namun bagi penggemar dan klub, Liga Europa bukanlah tempat United seharusnya bersaing. Setelah dua musim lebih, Mourinho juga harus meninggalkan posisinya karena tidak berhasil membawa United kembali ke puncak Liga Inggris.
Berikutnya adalah Ole Gunnar Solskjaer, yang merupakan legenda klub setelah mencetak gol kemenangan di final Liga Champions 1999. Meskipun Solskjaer sangat dicintai, ia pun gagal membawa stabilitas dan prestasi yang diharapkan. Ketika Ralf Rangnick diangkat sementara untuk menggantikan Solskjaer, situasi justru semakin kacau, menandakan ketidakstabilan yang dialami klub ini dalam mencari sosok yang tepat.
Tantangan Bagi Erik ten Hag
Pada tahun 2022, Erik ten Hag tiba dengan harapan baru. Mantan pelatih Ajax ini dikenal memiliki pendekatan taktik yang modern dan tegas. Namun, ia menghadapi banyak tantangan sejak awal, termasuk performa buruk dari pemain-pemain bintang yang dibawanya seperti Antony, Mason Mount, dan Rasmus Hojlund. Meski klub mengeluarkan lebih dari setengah miliar pound dalam dua tahun untuk mendatangkan pemain, Ten Hag tidak mampu membawa United ke posisi yang diharapkan.
Saat ini, United berada di posisi ke-14, jauh dari harapan para penggemarnya. Setiap kali United kalah, analisis dan alasan datar dari Ten Hag justru membuat fans semakin marah. Mantan pemain seperti Roy Keane dan Gary Neville yang sekarang menjadi pundit, sering kali meluapkan kritik terhadap para pemain dan pelatih, menyuarakan frustrasi fans terhadap situasi yang tidak berubah.
Mengapa Sulit Menggantikan Sir Alex Ferguson?
- Ekspektasi Tinggi dari Penggemar dan Manajemen
Kesuksesan Ferguson membuat penggemar dan manajemen mengharapkan hasil instan dari para penerusnya. Di era modern ini, klub seperti United mengeluarkan dana besar untuk pemain dan staf, sehingga mereka ingin kesuksesan yang cepat. - Tekanan dari Mantan Pemain
Mantan pemain seperti Roy Keane dan Gary Neville sering memberikan kritik pedas yang mencerminkan tuntutan tinggi terhadap pelatih saat ini. Mereka adalah bagian dari era kejayaan Ferguson, dan secara tidak langsung memperkuat bayang-bayang Ferguson di klub ini. - Perubahan Budaya dan Kompetisi
Sepak bola modern berbeda dari era Ferguson. Kini, persaingan semakin ketat dengan klub-klub seperti Manchester City dan Liverpool yang memiliki investasi besar dan tim yang kuat. United perlu menyesuaikan diri dengan era yang lebih kompetitif ini. - Tidak Adanya Kesabaran dalam Era Cepat Sukses
Manajemen saat ini tidak memiliki kesabaran seperti yang mereka tunjukkan kepada Ferguson di awal kariernya. Pelatih-pelatih baru diharapkan segera meraih hasil tanpa diberikan waktu yang cukup untuk membangun tim.
Menggantikan Sir Alex Ferguson memang merupakan tugas yang sangat sulit. Tidak hanya karena kesuksesannya yang luar biasa, tetapi juga karena perubahan ekspektasi dan budaya dalam sepak bola modern. Hingga saat ini, tidak ada satu pun manajer yang benar-benar mampu menyamai prestasi dan pengaruh Ferguson di United. Erik ten Hag adalah yang terbaru dalam daftar panjang pelatih yang mencoba namun gagal menghidupkan kembali kejayaan United.
Mungkin solusi bagi Manchester United adalah kembali memberikan waktu dan kesabaran bagi manajer baru untuk membangun tim yang kuat dan konsisten. Hanya dengan pendekatan yang tepat dan kesabaran, United bisa saja menemukan pelatih yang mampu mengakhiri bayang-bayang Ferguson dan menciptakan era kejayaan baru di Old Trafford.
Sumber : Flashscore