Daftar Isi
Gubuku.id – Dalam dunia pendidikan Indonesia, wacana mengenai perubahan kurikulum terus berkembang. Kali ini, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mukti menyoroti kurikulum “deep learning” atau pembelajaran mendalam sebagai alternatif yang berpotensi memberikan perubahan signifikan.
Melalui unggahan di media sosial, Mukti mengungkapkan gagasan tentang kurikulum yang lebih sederhana namun mendalam, seraya mengkritik materi pembelajaran yang terlalu banyak dan membebani siswa. Konsep kurikulum ini juga telah diterapkan di Australia dan diharapkan bisa membantu siswa Indonesia belajar dengan lebih efektif dan bermakna.
Apa Itu Kurikulum Deep Learning?
Kurikulum deep learning adalah pendekatan yang menekankan pemahaman mendalam melalui pembelajaran yang lebih mindful, meaningful, dan joyful. Di sini, siswa diarahkan untuk memahami materi secara kritis dan mampu mengaitkan pelajaran dengan kehidupan nyata. Mukti berpendapat, metode ini memungkinkan guru untuk berimprovisasi sesuai kebutuhan siswa dan mendorong pembelajaran yang lebih personal dan berkesan.
Mukti mencontohkan bahwa kurikulum deep learning ini sebetulnya sudah diterapkan di Australia sejak tahun 1995. Di sana, ia mempelajari prinsip ini saat menempuh pendidikan Master of Education di Flinders University, Australia. Model pembelajaran yang diadopsi tersebut memungkinkan siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar yang lebih interaktif, merangsang pemikiran kritis, dan mengembangkan keterampilan hidup.
Elemen Kurikulum Deep Learning
Pendekatan deep learning yang disebut Mukti memiliki tiga elemen utama, yakni mindful learning, meaningful learning, dan joyful learning. Setiap elemen ini bertujuan untuk menciptakan suasana belajar yang lebih dalam, bermakna, dan menyenangkan.
1. Mindful Learning
Mindful learning adalah elemen yang menghargai keunikan dan perbedaan karakter setiap siswa. Dalam hal ini, guru didorong untuk memperhatikan kepribadian, potensi, serta minat siswa selama proses belajar. Melalui pendekatan ini, siswa lebih aktif terlibat dalam diskusi, eksperimen, atau eksplorasi materi pelajaran, memungkinkan mereka untuk memahami materi secara lebih mendalam dan dari sudut pandang mereka sendiri.
Misalnya, ketika ada siswa yang mengajukan pertanyaan atau komentar selama pelajaran berlangsung, guru diharapkan untuk mendukung dan memfasilitasi keinginan siswa dalam menggali pemahaman lebih jauh. Mindful learning membantu siswa merasa dihargai dan didukung sesuai minat serta kebutuhan belajar mereka, sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan bermakna.
2. Meaningful Learning
Meaningful learning berfokus pada bagaimana pelajaran dapat dikaitkan dengan penerapan nyata dalam kehidupan. Dengan memahami alasan di balik setiap materi yang dipelajari, siswa akan lebih mudah memproses informasi yang disampaikan dan termotivasi untuk belajar.
Dalam konsep meaningful learning, guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa melihat relevansi pelajaran dengan dunia nyata. Contohnya, ketika mengajarkan konsep matematika, guru bisa menjelaskan bagaimana keterampilan ini akan berguna untuk mengelola keuangan pribadi. Dengan memahami manfaat nyata dari pelajaran, siswa diharapkan menjadi lebih antusias dan termotivasi untuk mendalami materi yang diajarkan.
3. Joyful Learning
Elemen ketiga adalah joyful learning, yang menekankan pentingnya suasana belajar yang menyenangkan. Joyful learning membuat siswa merasa senang belajar dan mendorong mereka untuk benar-benar memahami materi, bukan sekadar menghafal. Pembelajaran ini bisa dilakukan dengan metode interaktif seperti simulasi atau diskusi kelompok yang membuat siswa aktif terlibat.
Misalnya, dalam pelajaran sejarah, guru bisa mengadakan simulasi peristiwa sejarah atau mengajak siswa berdiskusi tentang dampak peristiwa tersebut dalam konteks masa kini. Pendekatan ini membantu siswa tidak hanya memahami materi, tetapi juga merasakan pengalaman belajar yang menyenangkan, sehingga lebih mudah bagi mereka untuk mengingat dan menginternalisasi materi pelajaran.
Tantangan Implementasi Kurikulum Deep Learning di Indonesia
Meski kurikulum deep learning menjanjikan pengalaman belajar yang lebih baik, penerapannya di Indonesia tidak lepas dari tantangan. Banyak guru di Indonesia yang masih mengajar dengan metode tradisional dan berbasis buku teks. Seorang warganet di X, dengan akun @washeeps, menilai bahwa meskipun mindful dan meaningful learning adalah konsep yang bagus, banyak guru di Indonesia kesulitan berimprovisasi karena masih terbiasa mengajar secara tekstual. Selain itu, pemahaman dasar tentang membaca, menulis, dan berhitung masih menjadi tantangan mendasar yang perlu diperhatikan dalam implementasi kurikulum baru.
Selain tantangan dari sisi guru, perubahan kurikulum juga membutuhkan penyesuaian pada sistem pendidikan dan infrastruktur. Pendekatan ini memerlukan pelatihan bagi guru agar dapat menerapkan metode yang lebih fleksibel dan interaktif. Dengan cara ini, para guru dapat lebih siap menerapkan kurikulum deep learning yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan di Indonesia.
Manfaat dan Harapan ke Depan
Jika diterapkan dengan benar, kurikulum deep learning dapat membawa perubahan besar bagi sistem pendidikan di Indonesia. Pembelajaran yang lebih mindful, meaningful, dan joyful tidak hanya membantu siswa memahami materi secara mendalam tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan hidup dengan keterampilan berpikir kritis dan kemampuan beradaptasi. Siswa juga akan lebih termotivasi untuk belajar karena mereka memahami relevansi materi pelajaran dengan kehidupan nyata.
Ke depannya, diharapkan kurikulum deep learning ini dapat menciptakan generasi muda yang memiliki keterampilan hidup yang baik, kreatif, serta mampu berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah. Dengan berbagai elemen pembelajaran yang mendalam, kurikulum ini membuka peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan mewujudkan SDM yang unggul serta berdaya saing tinggi di kancah global.
Perubahan kurikulum menuju pembelajaran deep learning dapat menjadi jawaban atas tantangan pendidikan di Indonesia yang dinilai terlalu berat dan kurang mendalam. Dengan menekankan pada mindful, meaningful, dan joyful learning, kurikulum ini memberi ruang bagi siswa untuk belajar dengan cara yang lebih relevan dan efektif. Meski implementasinya menantang, jika didukung dengan pelatihan guru dan penyesuaian sistem, kurikulum deep learning dapat mewujudkan pendidikan yang lebih baik, dan menghasilkan generasi penerus bangsa yang siap menghadapi masa depan.