Daftar Isi
- 1 Tanda-Tanda Kamu Sedang Mengalami Quarter Life Crisis
- 2 1. Sering Merasa Bingung dengan Arah Hidup
- 3 2. Membandingkan Diri dengan Orang Lain
- 4 3. Merasa Tertekan dalam Pekerjaan
- 5 4. Kehilangan Minat pada Hal yang Dulu Disukai
- 6 5. Cemas Tentang Masa Depan
- 7 6. Sering Merasa Tidak Cukup Baik
- 8 7. Munculnya Dorongan untuk Mengubah Segalanya
- 9 Bagaimana Cara Mengatasinya?
Gubuku.id – Quarter life crisis bisa muncul karena kombinasi berbagai faktor — tekanan sosial, ketidakpastian masa depan, dan perbandingan diri dengan orang lain.
Menurut survei yang dilakukan oleh LinkedIn tahun 2017 terhadap lebih dari 2.000 responden berusia 25–33 tahun, sekitar 75% orang dewasa muda pernah mengalami quarter life crisis. Penyebab utamanya meliputi:
-
Tekanan karier: merasa karier stagnan atau tidak sesuai harapan.
-
Tekanan sosial: merasa tertinggal dibanding teman sebaya.
-
Ketidakpastian hubungan: belum menemukan pasangan yang cocok atau sedang mengalami konflik.
-
Krisis identitas: merasa kehilangan arah dan tujuan hidup.
Sumber dari Psychology Today juga menjelaskan bahwa fase ini sebenarnya bagian normal dari perkembangan manusia menuju kedewasaan penuh. Tantangannya adalah bagaimana seseorang memahami dan mengelola perasaan tersebut.
Tanda-Tanda Kamu Sedang Mengalami Quarter Life Crisis
Mengenali tanda-tanda quarter life crisis sangat penting agar kamu bisa segera mengambil langkah tepat. Berikut beberapa gejala yang sering muncul dan bisa kamu perhatikan pada diri sendiri:
1. Sering Merasa Bingung dengan Arah Hidup
Kamu mungkin sering bertanya pada diri sendiri, “Sebenarnya aku mau jadi apa?” atau “Apa aku sudah berada di jalan yang benar?”.
Kebingungan ini biasanya muncul saat kamu merasa hidup berjalan tanpa arah yang jelas.
Menurut American Psychological Association (APA), perasaan ini wajar ketika seseorang sedang berada di masa transisi menuju dewasa, terutama jika dihadapkan pada pilihan karier dan tanggung jawab baru.
Cara mengenali:
Jika kamu sering merasa tidak puas meski sudah mencapai sesuatu, atau terus-menerus ingin pindah pekerjaan tanpa tahu alasan pasti, itu bisa jadi tanda bahwa kamu sedang mengalami quarter life crisis.
2. Membandingkan Diri dengan Orang Lain
Di era media sosial, mudah sekali merasa tertinggal ketika melihat teman sebaya sudah menikah, punya rumah, atau sukses di karier.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Social and Clinical Psychology (2018), penggunaan media sosial yang berlebihan berkaitan erat dengan meningkatnya perasaan tidak puas diri dan kecemasan sosial.
Cara mengenali:
Kamu sering merasa iri, cemburu, atau tidak cukup baik setelah melihat pencapaian orang lain. Padahal, kamu juga punya hal-hal baik yang sudah kamu capai.
3. Merasa Tertekan dalam Pekerjaan
Banyak orang muda merasa tidak puas dengan pekerjaan pertamanya. Ada yang merasa kariernya stagnan, ada juga yang merasa tidak cocok dengan bidang yang digeluti.
Menurut Harvard Business Review, rasa tidak puas terhadap pekerjaan di usia 20-an dan 30-an merupakan hal umum karena masa ini adalah fase eksplorasi.
Cara mengenali:
Jika kamu sering merasa lelah emosional, kehilangan motivasi kerja, atau mempertanyakan makna dari pekerjaanmu, kemungkinan besar kamu sedang berada di tahap quarter life crisis.
4. Kehilangan Minat pada Hal yang Dulu Disukai
Kamu mungkin dulu sangat bersemangat melakukan hobi atau kegiatan tertentu, tapi kini rasanya hambar.
Menurut National Institute of Mental Health (NIMH), kehilangan minat terhadap hal-hal yang sebelumnya disukai bisa menjadi gejala kelelahan emosional akibat stres berkepanjangan.
Cara mengenali:
Jika kamu mulai merasa malas melakukan aktivitas yang dulu menyenangkan tanpa alasan jelas, itu bisa menjadi sinyal bahwa kamu sedang mengalami tekanan psikologis yang mendalam.
5. Cemas Tentang Masa Depan
Perasaan takut terhadap masa depan adalah tanda kuat dari quarter life crisis. Kamu mungkin sering berpikir, “Bagaimana kalau aku gagal?”, “Kapan aku sukses?”, atau “Apakah aku bisa bahagia nanti?”.
Menurut psikolog Dr. Oliver Robinson dari University of Greenwich, kecemasan ini sering kali muncul ketika seseorang merasa kehidupannya belum sesuai dengan ekspektasi sosial.
Cara mengenali:
Jika pikiran tentang masa depan sering membuatmu sulit tidur, gelisah, atau bahkan menunda-nunda keputusan besar, bisa jadi kamu sedang dalam fase ini.
6. Sering Merasa Tidak Cukup Baik
Banyak orang di usia dewasa muda merasa tidak layak untuk sukses, bahkan ketika mereka telah mencapai sesuatu. Fenomena ini dikenal sebagai impostor syndrome.
Penelitian oleh Journal of Behavioral Science (2019) menemukan bahwa 70% orang dewasa muda pernah merasa dirinya tidak cukup kompeten meski punya kemampuan yang baik.
Cara mengenali:
Jika kamu sering meremehkan pencapaianmu sendiri atau takut orang lain akan “mengetahui” bahwa kamu tidak sebaik yang mereka pikir, itu pertanda kamu sedang mengalami ketidakstabilan identitas diri.
7. Munculnya Dorongan untuk Mengubah Segalanya
Terkadang quarter life crisis mendorong seseorang untuk membuat keputusan drastis, seperti pindah kota, mengundurkan diri dari pekerjaan, atau mengakhiri hubungan.
Menurut BBC Worklife, dorongan seperti ini muncul karena otak kita berusaha mencari “kendali” di tengah perasaan tidak pasti.
Cara mengenali:
Jika kamu merasa ingin mengubah segalanya secara impulsif tanpa rencana matang, coba tanyakan pada diri sendiri apakah perubahan itu benar-benar kebutuhan, atau hanya pelarian dari ketidakpastian.
Bagaimana Cara Mengatasinya?
Mengenali tanda-tanda quarter life crisis hanyalah langkah pertama. Berikut beberapa cara untuk menanganinya dengan bijak:
-
Terima bahwa ini fase normal. Banyak orang mengalaminya — kamu tidak sendirian.
-
Kurangi perbandingan sosial. Batasi waktu di media sosial dan fokus pada pencapaian diri sendiri.
-
Coba eksplorasi diri. Pelajari hal baru, ambil kursus, atau kembangkan minat lama.
-
Cari dukungan. Ceritakan perasaanmu pada teman, keluarga, atau konselor profesional.
-
Buat rencana kecil. Fokus pada langkah-langkah sederhana untuk memperbaiki arah hidup, bukan langsung pada hasil besar.
Menurut Forbes Life (2020), orang yang menulis jurnal harian tentang perasaan dan pencapaian kecilnya cenderung lebih cepat pulih dari krisis identitas karena mereka mampu melihat perkembangan diri secara objektif.
Quarter life crisis bukan akhir dari segalanya — justru bisa menjadi awal perjalanan menuju versi terbaik dari dirimu.
Mengenali tanda-tandanya, seperti kebingungan arah hidup, perbandingan sosial, hingga kehilangan semangat, akan membantumu memahami apa yang sebenarnya kamu butuhkan. Dengan kesadaran dan langkah kecil yang konsisten, kamu bisa keluar dari fase ini lebih kuat, lebih matang, dan lebih mengenal diri sendiri.
