Daftar Isi
Gubuku.id – Quarter life crisis biasanya dipicu oleh perubahan besar dalam hidup, seperti lulus kuliah, mulai bekerja, pindah kota, atau menjalin hubungan serius. Beberapa penyebab utama yang memengaruhi karier dan hubungan antara lain:
-
Tekanan untuk Sukses di Usia Muda
Media sosial sering kali membuat kita merasa harus sukses di usia muda. Melihat teman sebaya sudah memiliki karier mapan atau menikah muda dapat memunculkan rasa tidak percaya diri dan membandingkan diri secara berlebihan. Padahal, setiap orang memiliki garis waktu hidupnya sendiri. -
Ketidakpastian Arah Karier
Banyak anak muda merasa tidak puas dengan pekerjaan pertama mereka. Menurut survei Deloitte Global 2023, lebih dari 49% generasi milenial merasa stres karena pekerjaan yang tidak sesuai dengan passion. Mereka merasa kehilangan motivasi, bingung apakah harus bertahan atau mencoba hal baru. -
Ketakutan Akan Kegagalan dalam Hubungan
Pada masa ini, seseorang mulai serius mempertimbangkan pasangan hidup. Namun, banyak juga yang takut gagal, kecewa, atau merasa tidak siap berkomitmen. Akibatnya, hubungan bisa menjadi tidak stabil atau mudah berakhir. -
Perubahan Sosial dan Tuntutan Ekonomi
Kenaikan biaya hidup dan kompetisi kerja yang semakin tinggi membuat banyak anak muda kesulitan menyeimbangkan antara pekerjaan, kehidupan pribadi, dan hubungan sosial.
Dampak Quarter Life Crisis terhadap Karier
Quarter life crisis bisa sangat memengaruhi jalannya karier seseorang. Berikut beberapa dampak yang paling sering terjadi:
1. Rasa Tidak Puas dengan Pekerjaan
Banyak orang di usia 20-an merasa pekerjaan mereka tidak sesuai ekspektasi. Hal ini bisa menimbulkan rasa frustrasi dan keinginan untuk resign tanpa rencana yang matang. Akibatnya, karier menjadi tidak stabil dan berpindah-pindah pekerjaan tanpa arah jelas.
Menurut survei yang dilakukan oleh Harvard Business Review (2021), lebih dari 59% profesional muda mengalami penurunan motivasi kerja karena merasa tidak menemukan makna dalam pekerjaan mereka. Kondisi ini juga bisa berujung pada burnout atau kelelahan mental.
2. Penundaan Pengambilan Keputusan
Quarter life crisis bisa membuat seseorang sulit mengambil keputusan penting, seperti memilih karier jangka panjang, melanjutkan studi, atau memulai bisnis. Mereka cenderung menunda karena takut salah langkah. Sikap ini bisa memperlambat perkembangan karier dan membuat peluang terlewatkan.
3. Overthinking dan Perfeksionisme
Karena merasa harus “sempurna”, banyak anak muda yang akhirnya terjebak dalam sikap overthinking. Setiap keputusan terasa berat dan menakutkan. Ini bisa menurunkan produktivitas dan menghambat kemampuan mengambil risiko, padahal dunia kerja sering kali membutuhkan keberanian mencoba hal baru.
4. Menurunnya Kinerja dan Motivasi
Krisis identitas dalam karier dapat membuat seseorang kehilangan semangat bekerja. Mereka datang ke kantor hanya karena kewajiban, bukan karena semangat. Dalam jangka panjang, hal ini bisa menurunkan performa dan peluang promosi.
Dampak Quarter Life Crisis terhadap Hubungan Pribadi
Selain karier, hubungan pribadi — baik dengan pasangan, teman, maupun keluarga — juga sangat terpengaruh oleh quarter life crisis. Berikut penjelasannya:
1. Ketidakstabilan dalam Hubungan Romantis
Seseorang yang sedang mengalami krisis diri biasanya sulit membuka diri sepenuhnya kepada pasangan. Mereka lebih fokus pada kebingungan diri sendiri, sehingga hubungan menjadi renggang. Menurut Psychology Today (2022), banyak hubungan di usia 20-an berakhir bukan karena ketidakcocokan, tetapi karena salah satu pihak sedang mengalami krisis identitas.
2. Perbandingan Sosial yang Merusak
Melihat teman yang sudah menikah atau punya hubungan bahagia bisa membuat seseorang merasa gagal. Akibatnya, muncul tekanan untuk segera punya pasangan atau menikah meski belum siap secara emosional.
3. Konflik dengan Keluarga
Orang tua sering kali memiliki ekspektasi tinggi terhadap anak di usia dewasa muda. Misalnya, harus punya pekerjaan tetap atau segera menikah. Ekspektasi ini bisa memicu konflik, terutama jika anak merasa hidupnya belum sesuai harapan orang tua.
4. Rasa Kesepian dan Menarik Diri dari Lingkungan
Beberapa orang memilih menjauh dari teman-teman karena merasa malu atau tidak ingin terlihat “tidak sukses”. Akibatnya, mereka justru kehilangan dukungan sosial yang sebenarnya dibutuhkan saat masa krisis.
Cara Menghadapi Quarter Life Crisis agar Tidak Merusak Karier dan Hubungan
Menghadapi quarter life crisis bukan berarti harus langsung menemukan semua jawaban hidup. Yang terpenting adalah menyadari bahwa fase ini wajar dan bisa dilewati. Berikut beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan:
-
Kenali dan Terima Perasaanmu
Sadari bahwa perasaan cemas, takut, atau bingung itu normal. Jangan menekan emosi tersebut, tapi pahami penyebabnya. Menurut American Psychological Association (APA), mengenali emosi adalah langkah pertama untuk mengatasinya secara sehat. -
Evaluasi Nilai dan Tujuan Hidup
Coba refleksikan apa yang benar-benar penting bagimu. Apakah kamu mengejar karier karena passion, tekanan sosial, atau sekadar ikut-ikutan? Dengan memahami nilai diri, keputusan karier dan hubungan akan lebih selaras. -
Kurangi Perbandingan dengan Orang Lain
Ingat, media sosial hanya menampilkan “versi terbaik” dari kehidupan orang. Fokuslah pada perjalananmu sendiri. -
Bangun Rutinitas yang Seimbang
Jaga keseimbangan antara pekerjaan, waktu istirahat, dan kehidupan sosial. Olahraga, journaling, atau kegiatan hobi bisa membantu menjaga kesehatan mental. -
Cari Dukungan Profesional atau Komunitas
Jika kamu merasa kewalahan, berbicara dengan psikolog atau bergabung dengan komunitas yang mendukung bisa membantu. Menurut penelitian di Journal of Counseling Psychology (2020), terapi berbasis refleksi diri efektif menurunkan tingkat stres pada usia dewasa muda.
Quarter life crisis adalah fase yang nyata dan umum terjadi di usia 20–30 tahun. Krisis ini bisa berdampak besar pada karier dan hubungan, mulai dari kehilangan arah, rasa tidak puas, hingga konflik interpersonal. Namun, jika dihadapi dengan kesadaran dan langkah yang tepat, fase ini justru bisa menjadi awal dari kedewasaan emosional dan pertumbuhan diri.
