Daftar Isi
Gubuku.id – Sapi Sasra adalah salah satu jenis sapi yang menarik perhatian dalam industri peternakan di Indonesia.
Hasil persilangan antara sapi Brahman Amerika (Bos indicus) betina dengan sapi Aberden Angus (Bos taurus) jantan ini telah menghasilkan sapi dengan karakteristik fisik yang kuat, dominan seperti Angus, berbulu hitam, dan bertubuh kekar.
Nama Sasra merupakan kependekan dari Sapi Sragen, yang merujuk pada daerah asal pengembangannya, yakni Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.
Sejarah Pengembangan Sapi Sasra
Pengembangan sapi Sasra berawal dari inisiatif pemerintah Kabupaten Sragen untuk meningkatkan produktivitas ternak lokal.
Persilangan antara Brahman dan Angus dimulai dengan harapan menghasilkan sapi yang memiliki daya tahan tinggi terhadap iklim tropis Indonesia, serta mampu tumbuh dengan optimal dalam kondisi lingkungan setempat.
Hasilnya, sapi Sasra tidak hanya mewarisi daya tahan dari Brahman, tetapi juga tubuh kekar dan pertumbuhan cepat dari Angus. Sapi Sasra mampu mencapai bobot minimal 850 kg pada masa dewasanya, bahkan bisa mencapai 1.000 kg dengan perawatan dan pakan intensif.
Sebelum dikenal sebagai Sasra, sapi ini lebih akrab disebut sebagai Brangus di kalangan masyarakat lokal.
Sayangnya, meskipun potensi besar dari sapi Brangus/Sasra telah lama diakui, masyarakat setempat cenderung memelihara sapi hanya sebagai “tabungan” yang dijual ketika membutuhkan uang.
Hal ini menunjukkan bahwa potensi komersial sapi Sasra masih belum dimaksimalkan dengan baik, terutama sebagai komoditas unggulan yang dapat meningkatkan perekonomian lokal.
Keunggulan Sapi Sasra
Sapi Sasra memiliki sejumlah keunggulan yang membuatnya layak dipertimbangkan sebagai sapi potong unggulan di Indonesia. Salah satunya adalah laju pertumbuhannya yang dapat mencapai 1,2 kg per hari dengan pemberian pakan yang intensif. Hal ini menjadikan sapi Sasra sebagai pilihan tepat bagi peternak yang ingin mendapatkan keuntungan dari sapi yang cepat tumbuh.
Bobot dewasa sapi ini berkisar antara 900 hingga 1.000 kg, dengan karkas yang mencapai 53 persen. Kandungan proteinnya cukup tinggi, yakni 11,5 persen, sementara kadar lemaknya sekitar 8,8 persen.
Secara keseluruhan, kualitas daging sapi Sasra termasuk dalam kategori baik, yang berarti bahwa sapi ini tidak hanya ideal sebagai ternak potong, tetapi juga menghasilkan daging yang layak dikonsumsi dan memiliki nilai pasar yang kompetitif.
Selain itu, sapi Sasra memiliki daya tahan yang baik terhadap iklim tropis Indonesia, yang membuatnya mudah beradaptasi dengan lingkungan yang hangat dan lembap.
Sapi ini juga tidak terlalu bergantung pada pakan berkualitas tinggi, karena dapat tumbuh dengan baik meski hanya diberi pakan sederhana. Hal ini membuatnya cocok untuk dikembangkan di daerah dengan ketersediaan pakan yang terbatas atau dengan pakan lokal yang murah.
Potensi Pengembangan di Kabupaten Sragen
Sragen merupakan daerah dengan potensi besar untuk pengembangan peternakan sapi Sasra. Ketersediaan pakan yang melimpah di daerah ini menjadi salah satu alasan utama mengapa Sragen dipilih sebagai pusat pengembangan sapi Sasra. Selain itu, dukungan dari pemerintah daerah sangat signifikan dalam mendorong pertumbuhan populasi sapi Sasra di Sragen.
Pada awal tahun 2000, Untung Wiyono yang saat itu menjabat sebagai Bupati Sragen, melihat potensi besar dari persilangan Brahman dan Angus ini. Melalui berbagai program dan kebijakan, ia berusaha meningkatkan populasi sapi Brangus/Sasra di daerah tersebut.
Salah satu kebijakan penting adalah pembentukan Dinas Peternakan dan Perikanan pada tahun 2003 melalui Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2003. Dinas ini bertugas meningkatkan produksi dan kualitas hewan ternak, termasuk sapi Sasra.
Tidak hanya itu, pemerintah daerah juga memberikan dukungan berupa pendanaan melalui Surat Keputusan Bupati Nomor 21 Tahun 2005, menyediakan bibit sapi gratis kepada kelompok peternak, serta memfasilitasi program inseminasi buatan dan transfer embrio untuk mempercepat proses pengembangan. Tenaga medis juga disiapkan untuk memastikan kesehatan ternak tetap terjaga.
Program kemitraan antara peternak dan pemerintah ini berhasil membuahkan hasil positif. Pada tahun 2006, kawasan pembibitan sapi Sasra di Sragen telah berkembang menjadi tujuh wilayah. Kini, sapi Sasra tidak hanya menjadi komoditas penting bagi peternak lokal, tetapi juga menjadi ikon kebanggaan Kabupaten Sragen.
Tantangan Pengembangan Sapi Sasra
Meskipun sapi Sasra memiliki banyak keunggulan dan potensi besar, tantangan dalam pengembangannya tetap ada. Salah satu tantangan utama adalah pemanfaatan potensi besar dari sapi ini yang masih terbatas.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, masyarakat Sragen masih cenderung memelihara sapi sebagai aset yang dapat dijual ketika membutuhkan uang, bukan sebagai komoditas utama untuk bisnis peternakan yang berkelanjutan.
Untuk memaksimalkan potensi sapi Sasra, diperlukan peningkatan kesadaran dan edukasi kepada peternak mengenai pentingnya manajemen peternakan yang baik, mulai dari pemberian pakan yang tepat hingga perawatan kesehatan ternak.
Selain itu, promosi lebih luas mengenai kualitas daging dan keunggulan sapi Sasra di pasar nasional dan internasional juga penting untuk meningkatkan nilai jualnya.
Di sisi lain, meskipun pemerintah daerah telah memberikan banyak dukungan, kontinuitas dari program-program tersebut juga menjadi faktor krusial.
Dukungan pendanaan, akses terhadap bibit unggul, serta bantuan teknis dari pemerintah harus tetap berjalan agar populasi sapi Sasra dapat terus berkembang dan menjadi sumber penghasilan utama bagi peternak di Sragen.
Sapi Sasra merupakan hasil persilangan yang berhasil antara Brahman dan Angus, dengan karakteristik fisik dan kualitas daging yang menjadikannya unggul sebagai sapi potong.
Potensi pengembangan sapi ini sangat besar, terutama di Kabupaten Sragen yang memiliki ketersediaan pakan melimpah dan dukungan dari pemerintah daerah.
Namun, tantangan dalam pengembangannya tetap ada, terutama dalam hal pemanfaatan potensi yang belum maksimal.
Edukasi kepada peternak, promosi yang lebih luas, serta kontinuitas program pemerintah menjadi kunci untuk memastikan sapi Sasra dapat berkembang dan menjadi salah satu komoditas peternakan unggulan di Indonesia.
Dengan manajemen yang baik, sapi Sasra dapat menjadi motor penggerak ekonomi lokal dan berkontribusi pada pengembangan industri peternakan di Indonesia.