Tips Mengelola Keuangan UMKM agar Tidak Boncos

{"aigc_info":{"aigc_label_type":0,"source_info":"dreamina"},"data":{"os":"web","product":"dreamina","exportType":"generation","pictureId":"0"},"trace_info":{"originItemId":"7561660167125798197"}}

Gubuku – Banyak pelaku UMKM merasa sudah capek jualan setiap hari, tapi saat dihitung uangnya kok nggak kelihatan untungnya? Bahkan kadang malah tekor atau boncos.

Masalah ini bukan karena jualannya sepi, tapi seringnya karena keuangan usaha tidak dikelola dengan benar. Uang masuk dan keluar tidak tercatat, modal dan keuntungan tercampur, akhirnya usaha jalan tapi pemiliknya tetap bingung kemana uangnya pergi.

Tenang, kabar baiknya, mengelola keuangan UMKM tidak harus ribet. Kamu tidak perlu jadi lulusan akuntansi atau pakai software mahal. Dengan cara sederhana pun bisa.

Berikut tips mengelola keuangan UMKM agar tidak boncos, cocok untuk usaha makanan, fashion, reseller, hingga jasa.

1. Pisahkan Uang Usaha dan Uang Pribadi

Ini adalah aturan emas dalam bisnis. Banyak UMKM bangkrut bukan karena tidak laku, tapi karena uang usaha dipakai untuk kebutuhan pribadi.

Solusi mudahnya:

✅ Buat rekening khusus untuk usaha
✅ Tentukan gaji untuk diri sendiri, jangan ambil seenaknya
✅ Kalau butuh uang pribadi, catat sebagai penarikan

Dengan begitu, kamu bisa melihat apakah usaha benar-benar untung atau cuma terlihat banyak uang masuk.

2. Wajib Catat Semua Transaksi, Sekecil Apapun

Banyak pengusaha berpikir, “Ah, cuma beli plastik Rp5.000, nggak perlu dicatat lah.”

Padahal pengeluaran kecil-kecil seperti itu kalau dijumlah bisa besar. Untuk menghindari kebocoran, catat semua pemasukan dan pengeluaran, meskipun sekecil apapun.

Kamu bisa pakai:

  1. Buku khusus catatan keuangan

  2. Excel sederhana

  3. Aplikasi gratis seperti BukuWarung, Catatan Keuangan Harian, atau Google Sheets

Yang penting konsisten.

3. Hitung Harga Pokok Produksi (HPP) dengan Benar

Agar tidak rugi, kamu harus tahu berapa biaya sebenarnya untuk membuat satu produk.

Misalnya kamu jual kopi susu:

Komponen Biaya
Kopi Rp2.000
Susu Rp1.500
Gula Rp500
Es plastik + cup Rp1.000
Gas/listrik Rp300
Ongkos tenaga kerja Rp700

Total HPP = Rp6.000

Kalau kamu jual hanya Rp7.000, berarti kamu cuma dapat Rp1.000 per cup. Jelas ini berbahaya.

Solusinya: Naikkan harga atau kurangi biaya. Jangan jual rugi hanya karena ikut-ikutan pesaing.

4. Kelola Arus Kas (Cash Flow) dengan Bijak

Omset besar tidak selalu berarti untung. Yang menentukan bisnis bisa bertahan adalah arus kas atau cash flow.

Prinsip sederhananya:

✅ Pastikan uang masuk lebih cepat daripada uang keluar
✅ Hindari hutang jatuh tempo dalam waktu dekat tanpa persiapan
✅ Jangan beli barang banyak hanya karena murah, tapi belum tentu laku

Baca Juga :  Cara Berpikir seperti Entrepreneur Sukses

Kalau kamu punya bayar-bayar rutin seperti listrik, sewa, gaji karyawan, catat dan sisihkan uangnya lebih dulu setiap kali ada pemasukan.

5. Bedakan Antara Laba dan Uang Tunai

Kadang kita merasa untung karena stok banyak, tapi kenyataannya uangnya nggak ada.

Contoh:

  1. Kamu beli stok barang Rp5 juta

  2. Kamu baru jual sebagian dan dapat uang Rp2 juta

Secara pencatatan mungkin terlihat untung, tapi uang cash kamu sebenarnya tetap minus.

Solusi: Jual stok lama dulu sebelum beli yang baru. Jangan numpuk barang terlalu banyak.

6. Buat Anggaran Bulanan (Budget)

Agar tidak boros, buat perencanaan pengeluaran per bulan.

Misalnya:

Kategori Persentase Contoh Penggunaan
Modal & Stok 40% Bahan baku, suplai
Operasional 30% Listrik, sewa, gaji
Cadangan Darurat 20% Tak terduga
Pengembangan Usaha 10% Upgrade alat, promosi

Dengan anggaran seperti ini, kamu bisa lebih terkontrol dan tidak asal belanja.

7. Sisihkan Keuntungan untuk Dana Darurat

Dalam bisnis, hari baik dan hari buruk pasti datang. Kadang penjualan ramai, kadang sepi.

Agar tidak panik saat penjualan turun, selalu sisihkan minimal 10% dari keuntungan untuk dana darurat.

Dana ini bisa dipakai untuk:

  1. Perbaikan alat mendadak

  2. Pembayaran sewa saat penjualan lesu

  3. Modal tambahan ketika ada peluang

8. Jangan Takut Naikkan Harga Jika Biaya Naik

Banyak UMKM ragu menaikkan harga karena takut pelanggan lari. Padahal kalau bahan baku naik tapi harga tetap, kamu yang rugi.

Kunci agar pelanggan tidak protes:

Sampaikan alasannya dengan jujur dan sopan
Tingkatkan kualitas atau layanan
Beri opsi paket hemat / bonus kecil

Ingat, bisnis yang sehat adalah yang untung, bukan yang murah terus tapi tekor.

9. Kelola Hutang dengan Bijak

Hutang bukan hal yang salah, asal dipakai untuk hal yang menghasilkan.

  1. ✅ Hutang untuk beli mesin produksi → Bagus

  2. ❌ Hutang untuk beli HP baru padahal bukan kebutuhan usaha → Bahaya

Kalau ambil hutang, pastikan:

  1. Cicilannya tidak lebih dari 30% dari keuntungan bulanan

  2. Gunakan untuk menghasilkan uang lebih banyak

10. Evaluasi Keuangan Secara Berkala

Minimal lakukan evaluasi setiap akhir bulan.

Cek:

  1. Berapa omzet?

  2. Berapa keuntungan bersih?

  3. Apa pengeluaran yang bisa dikurangi?

  4. Apa produk paling laris dan paling tidak laku?

Dengan begitu, kamu bisa ambil keputusan lebih tepat untuk bulan berikutnya.

Kelola Keuangan dengan Sederhana, Bukan Rumit

Mengelola keuangan UMKM agar tidak boncos bukan soal rumit atau tidak, tapi soal disiplin.

Berikut rangkumannya:

✅ Pisahkan uang pribadi dan usaha
✅ Catat semua pemasukan dan pengeluaran
✅ Hitung harga pokok produksi dengan benar
✅ Kelola arus kas dan buat anggaran
✅ Sisihkan dana darurat dan evaluasi rutin

Kalau kamu mulai menerapkan ini, kamu akan mulai melihat arah bisnis lebih jelas dan keuntungan nyata.

Intership SMKN 1 Bungo |Mukmainna

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *