Gubuku.id – Di era serba digital ini, topik soal kesehatan mental makin sering dibahas di media sosial. Setelah heboh sama Narcissistic Personality Disorder (NPD), sekarang giliran perhatian banyak orang tertuju ke gangguan kepribadian ganda yang dulunya kita kenal dengan sebutan Multiple Personality Disorder (MPD).
Sekarang sih, istilah kerennya Dissociative Identity Disorder (DID). Meskipun sering banget disalahpahami cuma kayak gonta-ganti karakter biasa, kenyataannya MPD/DID ini adalah gangguan mental yang kompleks dan punya pengaruh besar banget ke kehidupan sosial orang yang mengalaminya. Yuk, kita bahas lebih dalam!
Sebenarnya, MPD atau DID Itu Apa Sih? Kok Bisa Ada Banyak Kepribadian dalam Satu Orang?
Simpelnya gini guys, Multiple Personality Disorder (MPD) atau Dissociative Identity Disorder (DID) itu kondisi kesehatan mental di mana seseorang punya dua atau lebih identitas yang beda-beda dalam satu tubuh. Setiap identitas ini (biasa disebut alter) punya cara berperilaku, emosi, ingatan, bahkan cara ngomong yang unik. Jadi, bayangin aja kayak ada beberapa orang yang “tinggal” di dalam satu badan.
Gangguan ini biasanya terbentuk sebagai cara otak buat ngelindungi diri dari trauma berat yang terjadi berulang kali di masa kecil. Trauma ini bisa berupa kekerasan fisik, emosional, atau bahkan pelecehan seksual. Menurut DSM-5 (panduan diagnosis gangguan mental), DID ini adalah bentuk disosiasi yang ekstrem, yaitu kayak “mencabut diri” dari kenyataan sebagai cara buat bertahan dari pengalaman yang traumatis banget.
Ada penelitian dari Journal of Trauma & Dissociation (tahun 2023) yang nunjukkin kalau DID itu adalah respon otak terhadap pengalaman menyakitkan yang terlalu berat buat dihadapi oleh satu kepribadian aja. Makanya, otak kayak bikin kepribadian lain sebagai bentuk pertahanan.
Ciri-Ciri Orang yang Mungkin Mengalami MPD/DID
Mungkin nggak gampang ya buat ngenalin orang yang punya MPD/DID, tapi ada beberapa gejala umum yang bisa kamu perhatikan:
- Tiba-tiba Kepribadiannya Berubah: Ini bisa kelihatan dari gaya bicaranya yang beda, ekspresi wajahnya yang berubah, sampai tingkah lakunya yang nggak biasa. Kayak tiba-tiba jadi orang lain aja gitu.
- Sering Lupa Ingatan (Amnesia): Terutama soal kejadian yang dialami pas alter lain lagi “mengambil alih” tubuhnya. Jadi, dia mungkin nggak inget apa yang udah dilakuin atau dikatain sama alter yang lain.
- Merasa Kayak Bukan Diri Sendiri: Ada perasaan terpisah dari diri sendiri, kayak lagi nonton tubuhnya sendiri dari luar. Ini yang disebut derealisasi atau depersonalisasi.
- Suasana Hati yang Ekstrem dan Cepat Berubah: Perubahan mood-nya bisa drastis banget dan terjadi dalam waktu singkat. Sebentar senang, sebentar marah, sebentar sedih, tanpa alasan yang jelas.
- Susah Ngontrol Emosi atau Perilaku: Dia mungkin jadi lebih impulsif, gampang marah, atau ngelakuin hal-hal yang di luar kendalinya.
- Kehilangan Kesadaran Waktu: Kadang, dia bisa tiba-tiba nggak sadar udah ngelewatin berjam-jam atau bahkan berhari-hari.
Dampak MPD/DID ke Kehidupan Sosial: Susah Banget Berinteraksi!
MPD/DID ini punya dampak yang besar banget ke kehidupan sosial seseorang. Interaksi sama orang lain bisa jadi sulit banget karena perubahan kepribadian yang mendadak itu bisa bikin bingung orang-orang di sekitarnya. Hubungan pertemanan, keluarga, bahkan pekerjaan bisa jadi berantakan.
Bayangin aja, kamu lagi ngobrol asyik sama temen kamu, eh tiba-tiba dia jadi orang yang judes dan jutek, padahal sebelumnya baik-baik aja. Pasti bingung kan? Nah, itulah yang sering dialami sama penderita MPD/DID. Masing-masing alter punya cara berkomunikasi dan bersikap yang beda-beda, jadi susah banget buat menjalin hubungan yang stabil.
Gangguan ini juga bisa memperparah kondisi psikologis lainnya kalau nggak ditangani dengan benar. Banyak penderita MPD/DID juga mengalami gangguan lain kayak depresi, kecemasan, dan PTSD (gangguan stres pascatrauma).
Bahkan dalam urusan hukum, DID juga bisa jadi pertimbangan. Ada kasus terkenal kayak Billy Milligan, yang punya 24 kepribadian dan pernah diadili atas tindakan kriminal yang dilakuin sama salah satu alter-nya. Kasus ini menimbulkan perdebatan soal tanggung jawab hukum dalam konteks gangguan kepribadian.
Salah Paham dan Stigma Sosial: Bikin Penderita Makin Terpuruk
Sayangnya, MPD/DID ini sering banget disalahartikan sama masyarakat. Ada yang ngira itu cuma pura-pura, kesurupan, atau bahkan gara-gara alkohol atau obat-obatan. Padahal, DID itu murni gangguan psikologis dan bukan karena hal-hal mistis atau ritual keagamaan.
Stigma kayak gini nih yang bikin penderita jadi takut buat nyari bantuan profesional. Mereka lebih milih buat nyembunyiin kondisinya, yang justru bisa bikin gejalanya makin parah. Padahal, sama kayak gangguan mental lainnya, MPD/DID ini butuh penanganan yang tepat dari ahli.
Gimana Cara Kita Bisa Bantu Orang dengan MPD/DID?
Dukungan dari orang-orang di sekitar itu penting banget buat bantu penderita MPD/DID menjalani hidup yang lebih stabil. Ini beberapa hal yang bisa kamu lakuin:
- Tunjukin Empati, Jangan Menghakimi: Hindari nyalahin atau nge-judge perubahan perilaku yang terjadi. Ingat, itu bukan kemauan mereka.
- Dukung Mereka Cari Bantuan Profesional: Terapi kayak Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dan terapi integratif itu penting banget buat mereka.
- Jangan Debat Soal Alter: Ketika alter muncul, hormati aja keberadaannya. Anggap aja itu bagian dari realitas yang mereka alami.
- Bikin Lingkungan yang Aman dan Teratur: Rutinitas bisa bantu ngurangin pemicu stres yang bisa bikin kepribadiannya berganti-ganti.
- Kenali Tanda-Tanda Bahaya: Kalau kamu ngelihat ada tanda-tanda keinginan buat nyakitin diri sendiri atau orang lain, segera hubungi profesional ya.
MPD atau DID itu bukan cuma cerita di film-film, tapi kondisi psikologis yang nyata dan serius. Gangguan ini nunjukkin gimana trauma masa lalu bisa ngaruh banget ke identitas seseorang.
Pemahaman yang benar dan dukungan dari lingkungan sekitar itu penting banget biar penderita bisa beradaptasi dan menjalani kehidupan yang lebih sehat dan produktif.
Dengan lebih banyak orang yang sadar soal gangguan ini, kita bisa ngurangin stigma, lebih terbuka buat diskusi, dan bikin lingkungan yang lebih menerima buat mereka yang punya tantangan kesehatan mental kayak MPD/DID.