Cara Menghitung Biaya Operasional Usaha

Young carpenter working in his office. He is sketching project

Gubuku – Setiap usaha, besar atau kecil, pasti punya biaya operasional.
Biaya inilah yang digunakan untuk menjalankan bisnis sehari-hari — mulai dari listrik, gaji karyawan, sampai bahan baku.

Sayangnya, banyak pelaku UMKM atau pengusaha pemula tidak tahu pasti berapa biaya operasional mereka.
Akibatnya, keuangan jadi berantakan. Kadang untung besar di atas kertas, tapi uang di kas justru habis.

Padahal, dengan mengetahui dan menghitung biaya operasional secara benar, kamu bisa:

  1. Mengetahui apakah bisnis kamu efisien atau boros

  2. Menentukan harga jual yang tepat

  3. Mengatur strategi penghematan biaya

  4. Mengukur keuntungan secara lebih akurat

Artikel ini akan menjelaskan langkah demi langkah cara menghitung biaya operasional usaha dengan bahasa yang sederhana dan bisa langsung kamu praktekkan.

1. Apa Itu Biaya Operasional Usaha?

Biaya operasional usaha (operational cost) adalah semua pengeluaran yang digunakan untuk menjalankan bisnis sehari-hari.

Contohnya:

  1. Gaji karyawan

  2. Biaya listrik, air, dan internet

  3. Sewa tempat

  4. Biaya bahan baku

  5. Transportasi dan pengiriman

  6. Perawatan alat / mesin

  7. Marketing dan promosi

Singkatnya, semua biaya yang dikeluarkan agar bisnis bisa tetap berjalan termasuk dalam biaya operasional.

Namun, penting untuk membedakan antara:

  1. Biaya operasional (OPEX): pengeluaran rutin untuk kegiatan sehari-hari.

  2. Biaya non-operasional (non-OPEX): pengeluaran di luar kegiatan utama bisnis, seperti bunga pinjaman atau pajak.

Contoh: kamu punya toko roti.
Biaya tepung, listrik, dan gaji pegawai = biaya operasional.
Sedangkan bunga pinjaman bank = biaya non-operasional.

2. Jenis-Jenis Biaya Operasional

Untuk memudahkan perhitungan, biaya operasional dibagi jadi dua kelompok besar:

a. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Adalah biaya yang tidak berubah meskipun penjualan naik atau turun.

Contohnya:

  1. Sewa tempat

  2. Gaji karyawan tetap

  3. Asuransi

  4. Abonemen internet

  5. Biaya keamanan atau kebersihan

Misal kamu menjual 10 produk atau 100 produk, biaya tetap ini akan tetap sama setiap bulan.

b. Biaya Variabel (Variable Cost)

Adalah biaya yang berubah tergantung volume penjualan atau produksi.

Contohnya:

  1. Bahan baku (tepung, plastik kemasan, bahan makanan, dll)

  2. Ongkos kirim

  3. Komisi penjualan

  4. Tagihan listrik (jika tergantung jam kerja)

Semakin banyak kamu produksi atau jual, semakin besar biaya variabelnya.

3. Rumus Dasar Menghitung Biaya Operasional

Untuk menghitung total biaya operasional usaha, gunakan rumus sederhana berikut:

Total Biaya Operasional = Biaya Tetap + Biaya Variabel

Contohnya:

Jenis Biaya Nominal (Rp)
Sewa tempat 5.000.000
Gaji karyawan 6.000.000
Listrik dan air 1.000.000
Bahan baku 3.000.000
Transportasi 500.000
Promosi online 500.000

Maka total biaya operasionalnya adalah:

Rp 5.000.000 + Rp 6.000.000 + Rp 1.000.000 + Rp 3.000.000 + Rp 500.000 + Rp 500.000 = Rp 16.000.000 per bulan.

Dengan mengetahui angka ini, kamu bisa menghitung apakah pendapatan bulanan sudah menutupi semua pengeluaran.

4. Cara Menghitung Biaya Operasional per Produk

Setelah tahu total biaya operasional, kamu bisa menghitung biaya operasional per produk.
Tujuannya agar kamu tahu berapa biaya yang harus ditanggung setiap unit barang.

Rumusnya:

Biaya Operasional per Produk = Total Biaya Operasional / Jumlah Produk Terjual

Contoh:
Jika total biaya operasional Rp16.000.000 dan kamu menjual 800 produk per bulan, maka:

Rp16.000.000 ÷ 800 = Rp20.000 per produk.

Jadi, setiap produk yang kamu jual sebenarnya menanggung biaya operasional sebesar Rp20.000.
Dari sini kamu bisa menentukan harga jual yang lebih realistis agar tetap untung.

5. Menghitung Biaya Operasional dalam Persentase

Selain nominal, kamu juga bisa menghitung biaya operasional dalam bentuk persentase dari pendapatan.

Baca Juga :  Peran Pemerintah dalam Mendorong Ekonomi Digital

Rumusnya:

Persentase Biaya Operasional = (Total Biaya Operasional ÷ Total Pendapatan) × 100%

Misal, pendapatan bisnis kamu Rp25.000.000 per bulan dan total biaya operasional Rp16.000.000.

Maka:

(16.000.000 ÷ 25.000.000) × 100% = 64%

Artinya, 64% dari pendapatan kamu habis untuk biaya operasional.
Sisanya 36% bisa dianggap sebagai laba kotor (belum dikurangi pajak dan hal lainnya).

Idealnya, biaya operasional sebaiknya tidak lebih dari 60–70% dari total pendapatan.

6. Tips Mengontrol dan Menghemat Biaya Operasional

Mengetahui biaya operasional saja belum cukup.
Kamu juga perlu mengontrol agar pengeluaran tidak membengkak.

Berikut tips praktis yang bisa kamu lakukan:

a. Catat Semua Pengeluaran dengan Rinci

Gunakan buku catatan, Excel, atau aplikasi keuangan (seperti BukuKas, Mekari, atau QuickBooks).
Catat sekecil apa pun pengeluaran — termasuk biaya parkir atau pembelian alat tulis.

Kebanyakan pengusaha kecil rugi bukan karena tidak laku, tapi karena tidak tahu ke mana uangnya pergi.

b. Pisahkan Biaya Pribadi dan Usaha

Ini kesalahan klasik banyak pelaku UMKM.
Jangan campur uang pribadi dengan uang bisnis.

Buat dua rekening terpisah agar lebih mudah memantau arus kas.
Kalau kamu butuh gaji, ambil dari laba sebagai “komisi pemilik usaha.”

c. Evaluasi Pengeluaran Rutin

Setiap bulan, cek kembali biaya tetap kamu.
Apakah semuanya masih diperlukan?

Contoh:

  1. Apakah sewa tempat terlalu mahal?

  2. Bisa ganti ke paket internet yang lebih hemat?

  3. Perlu semua karyawan tetap, atau bisa sistem freelance?

Langkah kecil seperti ini bisa memangkas biaya tanpa menurunkan kualitas layanan.

d. Gunakan Teknologi untuk Efisiensi

Beberapa pekerjaan bisa digantikan oleh alat atau sistem otomatis.
Misalnya:

  1. Gunakan aplikasi kasir digital daripada mencatat manual.

  2. Gunakan WhatsApp Business untuk pelanggan.

  3. Gunakan marketplace atau e-commerce untuk memperluas jangkauan tanpa biaya toko fisik.

Teknologi membantu kamu hemat waktu, tenaga, dan biaya.

e. Beli dalam Jumlah Besar (Wholesale)

Jika kamu punya bisnis dengan bahan baku rutin, beli dalam jumlah besar agar dapat harga grosir.
Tapi tetap perhatikan masa kadaluarsa atau daya tahan barang, jangan asal stok terlalu banyak.

f. Pantau Rasio Biaya Operasional Secara Berkala

Setiap 3 bulan, hitung ulang biaya operasional dan bandingkan dengan pendapatan.
Jika rasio biaya naik, cari tahu penyebabnya — apakah karena penjualan menurun atau pengeluaran meningkat.

Bisnis yang sehat adalah bisnis yang tahu ke mana uangnya keluar, bukan yang asal jalan.

7. Kesalahan Umum dalam Menghitung Biaya Operasional

Banyak pengusaha pemula melakukan kesalahan ini:

  1. Tidak mencatat semua pengeluaran kecil.
    Misalnya, beli air mineral atau bensin untuk antar barang — lama-lama jumlahnya besar.

  2. Menganggap biaya pribadi sebagai biaya bisnis.
    Contohnya makan di luar tapi dicatat sebagai “biaya rapat”.

  3. Tidak memisahkan biaya tetap dan variabel.
    Akibatnya sulit menganalisis mana yang bisa dihemat.

  4. Lupa menghitung depresiasi (penurunan nilai aset).
    Mesin, komputer, atau kendaraan lama-lama akan rusak dan butuh diganti.

  5. Tidak melakukan evaluasi rutin.
    Biaya operasional yang tidak diawasi bisa naik pelan-pelan tanpa disadari.

8. Contoh Praktis: Menghitung Biaya Operasional Toko Makanan

Misalkan kamu punya usaha makanan rumahan. Berikut contoh sederhana:

Jenis Biaya Nominal (Rp)
Sewa tempat 4.000.000
Gaji 2 karyawan 5.000.000
Listrik & air 800.000
Bahan baku 3.500.000
Pengemasan & transportasi 700.000
Promosi online 500.000
Lain-lain 500.000
Total Rp 15.000.000

Pendapatan per bulan = Rp25.000.000
Maka:

  1. Persentase biaya operasional: (15.000.000 ÷ 25.000.000) × 100% = 60%

  2. Laba kotor: Rp10.000.000

Dari sini kamu bisa tahu bisnis kamu masih efisien karena rasio biaya operasionalnya 60% (masih ideal).

 Kenali dan Kelola Biaya Operasional dengan Bijak

Menghitung biaya operasional bukan sekadar angka di laporan, tapi kunci agar bisnis tetap sehat dan untung.

Langkah-langkah penting yang harus kamu ingat:

  1. Pahami semua jenis biaya (tetap & variabel)

  2. Gunakan rumus total biaya operasional

  3. Hitung biaya per produk dan persentasenya

  4. Catat semua pengeluaran secara detail

  5. Lakukan evaluasi rutin untuk efisiensi

Dengan memahami biaya operasional, kamu bisa menentukan harga jual yang tepat, menjaga arus kas tetap aman, dan memastikan bisnis kamu tumbuh dengan stabil.

Intership SMKN 1 Bungo |Mukmainna

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *