Daftar Isi
- 1 1. Memahami Apa Itu Perundungan
- 2 2. Dampak Perundungan dalam Kehidupan Sosial
- 3 3. Langkah Pertama: Membangun Kesadaran Diri dan Empati
- 4 4. Peran Keluarga dalam Mencegah Perundungan
- 5 5. Membangun Lingkungan Sekolah dan Masyarakat yang Aman
- 6 6. Menggunakan Media Sosial Secara Bijak
- 7 7. Memberikan Dukungan Kepada Korban Perundungan
- 8 8. Mendorong Kebijakan dan Aturan yang Tegas
Gubuku.id – Perundungan atau bullying masih menjadi masalah sosial yang sering terjadi di berbagai lapisan masyarakat, mulai dari sekolah, tempat kerja, hingga lingkungan tempat tinggal. Menurut data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) tahun 2024, lebih dari 30% anak di Indonesia pernah mengalami perundungan baik secara fisik, verbal, maupun digital. Angka ini menunjukkan bahwa perundungan bukan masalah kecil, melainkan isu serius yang mempengaruhi kesehatan mental dan sosial masyarakat (Sumber: KemenPPPA, 2024).
Perundungan bukan hanya melukai fisik, tetapi juga meninggalkan luka psikologis yang mendalam. Korban sering merasa takut, minder, bahkan bisa kehilangan semangat hidup. Oleh karena itu, penting bagi kita memahami bagaimana cara mengatasi dan mencegah perundungan di lingkungan sosial agar tercipta masyarakat yang aman, peduli, dan saling menghormati.
1. Memahami Apa Itu Perundungan
Sebelum mencari cara mengatasinya, kita perlu memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan perundungan.
Menurut World Health Organization (WHO), perundungan adalah tindakan agresif yang dilakukan secara berulang dan melibatkan ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan korban (WHO, 2023).
Perundungan bisa terjadi dalam berbagai bentuk:
-
Perundungan fisik – seperti memukul, menendang, atau mendorong.
-
Perundungan verbal – seperti menghina, mengejek, atau mempermalukan seseorang di depan umum.
-
Perundungan sosial – berupa pengucilan, penyebaran gosip, atau merusak reputasi seseorang.
-
Perundungan siber (cyberbullying) – dilakukan melalui media sosial, chat, atau platform digital lainnya.
Semua jenis perundungan memiliki dampak negatif, baik bagi korban maupun pelaku. Karena itu, memahami bentuk-bentuknya membantu kita mengenali tanda-tanda awal dan bertindak lebih cepat.
2. Dampak Perundungan dalam Kehidupan Sosial
Perundungan dapat meninggalkan bekas jangka panjang dalam kehidupan seseorang. Berdasarkan penelitian dari UNICEF (2023), anak atau remaja yang menjadi korban bullying berisiko mengalami gangguan kecemasan, depresi, dan menurunnya kepercayaan diri. Dalam jangka panjang, korban bisa mengalami kesulitan bersosialisasi bahkan cenderung menarik diri dari lingkungan sekitar.
Selain berdampak pada korban, perundungan juga menciptakan lingkungan sosial yang tidak sehat. Jika dibiarkan, masyarakat menjadi kurang empati, tidak peduli, dan penuh konflik. Oleh sebab itu, mengatasi perundungan berarti juga membangun budaya sosial yang lebih beradab dan saling menghormati.
3. Langkah Pertama: Membangun Kesadaran Diri dan Empati
Langkah paling dasar untuk mengatasi perundungan adalah menumbuhkan kesadaran dan empati. Setiap orang perlu menyadari bahwa kata dan tindakan kecil bisa memiliki dampak besar bagi orang lain.
Menurut psikolog sosial Albert Bandura, perilaku manusia sering kali ditiru dari lingkungan sekitar (Teori Pembelajaran Sosial, 1977). Jika lingkungan menormalisasi ejekan dan kekerasan, maka perilaku itu mudah ditiru oleh anak-anak dan remaja.
Oleh karena itu:
-
Jangan menertawakan korban ketika ada yang dirundung.
-
Tegur dengan sopan pelaku jika aman untuk dilakukan.
-
Tunjukkan dukungan moral kepada korban agar mereka merasa tidak sendirian.
Empati adalah langkah pertama untuk mengubah lingkungan menjadi lebih peduli.
4. Peran Keluarga dalam Mencegah Perundungan
Keluarga adalah benteng pertama dalam membentuk karakter anak. Orang tua memiliki peran penting dalam mengajarkan nilai kasih sayang, menghormati orang lain, dan kontrol emosi.
Menurut penelitian dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), anak-anak yang tumbuh di keluarga penuh kasih cenderung tidak menjadi pelaku atau korban perundungan (Kemendikbud, 2024).
Beberapa hal yang bisa dilakukan keluarga antara lain:
-
Berkomunikasi terbuka dengan anak tentang perasaan dan masalah yang dihadapi.
-
Ajarkan empati dengan contoh nyata, seperti membantu teman yang kesulitan.
-
Batasi akses digital dan awasi aktivitas anak di media sosial.
-
Tumbuhkan rasa percaya diri agar anak tidak mudah terpengaruh oleh tekanan teman sebaya.
Dengan dukungan keluarga, anak-anak akan lebih kuat menghadapi situasi sosial yang negatif.
5. Membangun Lingkungan Sekolah dan Masyarakat yang Aman
Sekolah dan masyarakat juga memegang peran besar dalam mengatasi perundungan. Lembaga pendidikan harus menjadi tempat yang aman bagi semua siswa.
Program seperti “Sekolah Ramah Anak” yang digagas oleh KemenPPPA adalah contoh nyata bagaimana sekolah bisa ikut mencegah kekerasan dan perundungan melalui kegiatan edukatif dan pendampingan psikologis (Sumber: KemenPPPA.go.id, 2024).
Langkah yang bisa dilakukan:
-
Adakan sosialisasi anti-bullying secara rutin.
-
Bentuk tim konselor sekolah atau guru pembimbing yang mudah diakses siswa.
-
Ciptakan komunitas peduli teman di lingkungan sekolah dan masyarakat.
-
Terapkan sanksi edukatif bagi pelaku, bukan sekadar hukuman fisik, agar mereka memahami dampak perbuatannya.
Ketika lingkungan sosial mendukung, perundungan bisa ditekan secara signifikan.
6. Menggunakan Media Sosial Secara Bijak
Di era digital, banyak kasus perundungan terjadi di dunia maya. Komentar negatif, body shaming, atau penyebaran gosip lewat media sosial termasuk dalam kategori cyberbullying.
Menurut laporan Kominfo (2023), sekitar 40% remaja Indonesia pernah mengalami perundungan di media sosial, terutama di platform populer seperti Instagram dan TikTok.
Untuk mengatasinya:
-
Gunakan media sosial untuk hal positif, seperti berbagi informasi bermanfaat.
-
Laporkan akun yang melakukan perundungan kepada pihak platform.
-
Jangan membalas dengan kebencian, karena hanya memperpanjang konflik.
-
Edukasi anak-anak agar tidak mudah memposting hal pribadi yang bisa disalahgunakan.
Bijak bermedia sosial adalah bagian penting dari menciptakan lingkungan digital yang aman dan sehat.
7. Memberikan Dukungan Kepada Korban Perundungan
Korban bullying membutuhkan dukungan emosional dan rasa aman. Jangan menyalahkan mereka atas apa yang terjadi, tetapi bantu mereka untuk pulih.
Menurut American Psychological Association (APA), dukungan sosial dari teman, keluarga, dan konselor dapat mempercepat pemulihan mental korban (APA, 2022).
Beberapa bentuk dukungan yang bisa diberikan:
-
Dengarkan cerita korban tanpa menghakimi.
-
Ajak mereka berkegiatan positif, seperti olahraga atau kegiatan sosial.
-
Sarankan konsultasi ke psikolog bila trauma cukup berat.
-
Beri semangat bahwa mereka berharga dan tidak sendiri.
Dengan dukungan yang tepat, korban bisa kembali percaya diri dan menjalani kehidupan sosial secara normal.
8. Mendorong Kebijakan dan Aturan yang Tegas
Selain upaya individu dan keluarga, pemerintah juga berperan penting dalam menangani perundungan. Di Indonesia, sudah ada Undang-Undang Perlindungan Anak No. 35 Tahun 2014, yang menegaskan bahwa setiap anak berhak mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Masyarakat perlu mendorong agar aturan ditegakkan secara tegas dan tidak ada toleransi terhadap tindakan perundungan. Sekolah, kantor, hingga komunitas sosial sebaiknya memiliki kode etik anti-bullying yang jelas agar setiap orang tahu batas perilaku yang dapat diterima.
Mengatasi perundungan di lingkungan sosial bukanlah hal mudah, tapi bisa dilakukan jika semua pihak bekerja sama. Mulai dari keluarga yang membangun empati, sekolah yang menanamkan nilai kasih sayang, masyarakat yang peduli, hingga pemerintah yang menegakkan aturan.
