Strategi Mengelola Keuangan Saat Menghadapi Quarter Life Crisis

Gubuku.id – Quarter life crisis adalah fase ketika seseorang mulai mempertanyakan tujuan hidup, karier, dan pencapaian di usia 20-an hingga awal 30-an. Menurut penelitian dari The Guardian (2018), lebih dari 60% anak muda di usia ini mengalami kecemasan tentang masa depan dan keuangan pribadi.

Biasanya, mereka sudah mulai bekerja, namun pendapatan belum stabil. Di sisi lain, tuntutan hidup mulai meningkat — mulai dari kebutuhan tempat tinggal, transportasi, hingga keinginan untuk memiliki tabungan atau investasi. Tekanan sosial juga memperparah situasi ini, terutama saat melihat teman sebaya yang tampak “lebih sukses”.

Dalam kondisi seperti ini, masalah keuangan sering kali menjadi pemicu stres utama. Menurut survei dari American Psychological Association (2023), keuangan menempati posisi pertama sebagai sumber stres bagi orang muda, bahkan mengalahkan pekerjaan dan hubungan sosial.

Mengapa Penting Mengelola Keuangan di Masa Quarter Life Crisis

Mengelola keuangan dengan baik di masa ini bukan hanya soal menabung, tapi juga membangun mindset finansial yang sehat. Banyak orang merasa gagal karena membandingkan pencapaian finansialnya dengan orang lain. Padahal, kondisi ekonomi setiap orang berbeda.

Jika tidak dikelola dengan bijak, quarter life crisis bisa membuat seseorang terjebak dalam siklus utang, konsumtif, dan kecemasan berlebih. Sebaliknya, kemampuan mengatur uang dapat memberi rasa aman dan percaya diri untuk melangkah ke tahap hidup berikutnya.

1. Kenali Kondisi Keuanganmu Saat Ini

Langkah pertama yang paling penting adalah mengenali kondisi keuanganmu secara jujur. Catat seluruh pemasukan dan pengeluaran selama sebulan. Kamu bisa menggunakan aplikasi keuangan seperti Money Lover atau Spendee agar lebih mudah memantau arus kas.

Menurut pakar keuangan Dave Ramsey, salah satu kesalahan umum anak muda adalah tidak tahu ke mana uang mereka pergi. Padahal, dengan memahami pengeluaran, kamu bisa mulai membedakan mana kebutuhan pokok dan mana keinginan.

Contohnya, jika kamu sering membeli kopi seharga Rp30.000 setiap hari kerja, itu berarti sekitar Rp600.000 per bulan hanya untuk kopi. Dengan menyadari hal-hal kecil seperti ini, kamu bisa mulai memperbaiki kebiasaan finansial.

2. Buat Anggaran Bulanan yang Realistis

Setelah tahu kondisi keuanganmu, buatlah rencana pengeluaran yang sesuai kemampuan. Gunakan metode sederhana seperti 50/30/20 rule, yaitu:

  1. 50% untuk kebutuhan (makan, transportasi, sewa tempat tinggal),
  2. 30% untuk keinginan (hiburan, nongkrong, belanja pribadi),

  3. 20% untuk tabungan atau investasi.

Menurut Forbes Advisor (2024), metode ini efektif membantu banyak anak muda menjaga keseimbangan antara gaya hidup dan stabilitas keuangan.

Pastikan anggaran ini fleksibel. Jika gajimu tidak besar, kamu bisa ubah proporsinya menjadi 60/30/10. Yang penting, tetap ada ruang untuk menabung, sekecil apa pun nominalnya.

3. Bangun Dana Darurat

Dana darurat adalah uang simpanan yang digunakan untuk kondisi tak terduga seperti kehilangan pekerjaan, sakit, atau biaya mendesak lainnya. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merekomendasikan memiliki dana darurat sebesar 3–6 kali pengeluaran bulanan.

Contohnya, jika pengeluaranmu Rp4 juta per bulan, maka dana darurat idealnya sekitar Rp12–24 juta. Mulailah perlahan, misalnya dengan menabung Rp500 ribu per bulan. Simpan di rekening terpisah agar tidak mudah tergoda menggunakannya.

Baca Juga :  Mengatasi Ketakutan Berbicara di Depan Publik

Memiliki dana darurat bisa sangat membantu menjaga kestabilan mental saat quarter life crisis. Karena ketika terjadi hal tak terduga, kamu tidak perlu panik mencari pinjaman.

4. Kurangi Gaya Hidup Konsumtif dan FOMO

Salah satu tantangan terbesar di usia 20-an adalah tekanan sosial dari media. Melihat teman yang jalan-jalan ke luar negeri atau membeli barang mahal sering kali membuat kita merasa tertinggal. Fenomena ini dikenal dengan istilah FOMO (Fear of Missing Out).

Menurut Psychology Today (2022), FOMO sering memicu perilaku konsumtif yang tidak disadari. Akibatnya, seseorang bisa menghabiskan uang hanya demi terlihat “setara” dengan orang lain.

Untuk mengatasinya, coba latih mindfulness finansial. Sebelum membeli sesuatu, tanyakan pada diri sendiri:

“Apakah ini benar-benar aku butuhkan atau hanya karena ingin terlihat seperti orang lain?”

Dengan membedakan kebutuhan dan keinginan, kamu bisa lebih bijak dalam mengelola pengeluaran.

5. Mulai Berinvestasi dari Nominal Kecil

Banyak anak muda menunda investasi karena merasa penghasilannya belum cukup. Padahal, sekarang ada banyak pilihan investasi dengan modal kecil seperti reksa dana atau emas digital.

Menurut data dari Bareksa (2023), lebih dari 60% investor reksa dana di Indonesia saat ini berusia di bawah 35 tahun. Artinya, kesadaran berinvestasi di kalangan muda mulai meningkat.

Kamu bisa memulai investasi dengan Rp100.000 per bulan. Gunakan aplikasi investasi resmi yang terdaftar di OJK agar aman. Fokuslah pada tujuan jangka panjang, bukan hasil cepat. Ingat, investasi adalah maraton, bukan sprint.

6. Tingkatkan Literasi Finansial

Salah satu kunci menghadapi quarter life crisis adalah belajar terus. Termasuk belajar soal uang. Kamu bisa membaca buku seperti Rich Dad Poor Dad (Robert Kiyosaki) atau The Psychology of Money (Morgan Housel).

Selain itu, manfaatkan sumber edukatif gratis dari situs seperti OJK.go.id, Modul Edukasi Finansial Bank Indonesia, atau konten edukasi keuangan di media sosial.

Menurut OECD (2022), literasi finansial yang baik terbukti meningkatkan kemampuan seseorang dalam membuat keputusan keuangan yang cerdas dan mengurangi stres finansial.

7. Tetapkan Tujuan Keuangan Jangka Pendek dan Panjang

Tujuan yang jelas bisa membantu kamu merasa lebih terarah dan termotivasi. Misalnya:

  1. Jangka pendek: menabung Rp5 juta dalam 6 bulan untuk dana darurat.

  2. Jangka panjang: membeli rumah atau menyiapkan dana pensiun dini.

Tuliskan tujuanmu, lalu buat langkah kecil menuju ke sana. Dengan cara ini, kamu bisa lebih fokus dan tidak mudah tergoda membelanjakan uang untuk hal-hal yang tidak penting.

8. Jangan Ragu Konsultasi dengan Ahli Keuangan

Jika kamu merasa kewalahan, jangan sungkan untuk mencari bantuan profesional. Banyak financial planner yang bisa membantumu menyusun strategi sesuai kondisi dan penghasilan.

Menurut CNBC Make It (2023), konsultasi dengan perencana keuangan bisa membantu seseorang meningkatkan stabilitas finansial hingga 30% lebih baik dibanding yang mengelola sendiri tanpa panduan.

Langkah ini bukan tanda kelemahan, justru menunjukkan kedewasaan dalam mengelola hidup dan keuangan.

Quarter life crisis memang bisa membuat hidup terasa berat, terutama dalam hal keuangan. Namun, dengan strategi yang tepat — mulai dari mengenali kondisi finansial, membuat anggaran, menabung, hingga berinvestasi — kamu bisa mengubah krisis menjadi momen pertumbuhan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *