Daftar Isi
Gubuku.id – Tidak semua orang mengalami quarter life crisis dengan cara yang sama, namun umumnya ada beberapa tahapan emosional yang sering dialami. Berikut penjelasan lengkapnya:
1. Fase Kebingungan dan Ketidakpastian
Fase pertama biasanya ditandai oleh rasa bingung yang mendalam. Seseorang mulai mempertanyakan keputusan hidupnya — pekerjaan yang dipilih, hubungan yang dijalani, atau bahkan arah hidup yang sedang ditempuh.
Kebingungan ini sering muncul karena adanya kesenjangan antara harapan dan realita.
Sebagai contoh, banyak anak muda yang sejak kuliah berharap akan mendapatkan pekerjaan ideal, tapi kenyataannya pekerjaan pertama sering kali tidak sesuai ekspektasi. Akibatnya, muncul perasaan gagal atau tidak cukup baik.
Menurut survei dari LinkedIn (2022), sekitar 67% profesional muda merasa tidak puas dengan jalur karier yang sedang dijalani dalam tiga tahun pertama setelah lulus. Inilah yang membuat fase ini terasa berat dan penuh tekanan.
Ciri khas fase ini:
-
Merasa kehilangan arah hidup
-
Membandingkan diri dengan orang lain
-
Cemas terhadap masa depan
-
Sulit merasa puas terhadap pencapaian
Meski tidak menyenangkan, fase ini adalah langkah awal menuju pemahaman diri yang lebih dalam.
2. Fase Krisis dan Penolakan Diri
Setelah kebingungan muncul, biasanya seseorang masuk ke fase krisis yang lebih intens. Di tahap ini, mulai muncul emosi seperti marah, kecewa, bahkan perasaan tidak berharga.
Orang mungkin mulai menolak keadaan hidupnya — entah dengan berpikir untuk resign, pindah kota, atau mengubah seluruh rencana hidupnya.
Psikolog Oliver Robinson (2019) menyebut fase ini sebagai “crisis phase”, yaitu masa di mana individu benar-benar mempertanyakan identitas dan arah hidupnya. Ia merasa stuck, tidak tahu apa yang harus dilakukan, dan cenderung berpikir negatif.
Bentuk penolakan diri ini sering terlihat melalui:
-
Keputusan impulsif (misalnya berhenti kerja mendadak)
-
Menghindari tanggung jawab
-
Merasa iri terhadap kesuksesan orang lain
-
Menjadi perfeksionis berlebihan
Namun, menurut Robinson, justru pada fase inilah seseorang mulai mengidentifikasi apa yang sebenarnya tidak ia inginkan, yang nantinya membantu menemukan apa yang benar-benar diinginkan.
3. Fase Pencarian dan Refleksi Diri
Setelah melewati fase penuh konflik batin, seseorang biasanya mulai mencari makna hidup. Ia mulai melakukan refleksi, menanyakan hal-hal penting seperti:
-
“Apa yang sebenarnya membuatku bahagia?”
-
“Apakah pekerjaanku sekarang sesuai dengan nilai hidupku?”
-
“Siapa diriku tanpa ekspektasi orang lain?”
Menurut Erik Erikson, tokoh psikologi perkembangan, masa dewasa muda (sekitar usia 20–30 tahun) memang merupakan fase pencarian identitas dan hubungan yang bermakna. Proses refleksi ini penting untuk membangun fondasi kehidupan yang lebih stabil.
Pada tahap ini, seseorang mulai terbuka terhadap perubahan. Ia bisa jadi mencoba hal baru, mengikuti pelatihan, membaca buku pengembangan diri, atau mencari mentor. Meskipun belum menemukan jawaban pasti, ada rasa lebih tenang karena mulai memahami diri sendiri.
Tanda-tanda kamu sedang berada di fase refleksi:
-
Mulai menerima bahwa tidak semua hal bisa dikontrol
-
Lebih fokus pada pertumbuhan diri, bukan perbandingan sosial
-
Muncul semangat baru untuk memperbaiki hidup
4. Fase Penemuan Arah dan Tujuan Hidup
Setelah melewati fase refleksi, biasanya seseorang mulai menemukan arah hidup yang lebih jelas. Ia menyadari bahwa hidup bukan tentang memenuhi ekspektasi orang lain, melainkan membangun makna berdasarkan nilai pribadi.
Menurut buku Quarterlife: The Search for Self in Early Adulthood karya Satya Doyle Byock (2022), fase ini disebut sebagai “alignment stage” — masa di mana individu mulai menyatukan idealisme masa muda dengan realitas hidup.
Ia tidak lagi terjebak pada pencapaian luar, melainkan fokus pada keseimbangan antara karier, hubungan, dan kesehatan mental.
Contohnya:
-
Mulai menetapkan tujuan jangka panjang yang realistis
-
Memperbaiki kebiasaan hidup
-
Mengambil keputusan dengan lebih tenang
-
Membangun kehidupan yang sejalan dengan nilai diri
Ini adalah tanda bahwa seseorang mulai pulih dan tumbuh dari fase krisisnya.
5. Fase Pemulihan dan Pertumbuhan Diri
Fase terakhir adalah pemulihan — masa di mana individu telah melalui proses jatuh bangun dan mulai menerima hidup apa adanya.
Ia tidak lagi dikuasai oleh rasa takut gagal, melainkan belajar dari pengalaman masa lalu.
Pemulihan bukan berarti hidup menjadi sempurna, tapi seseorang sudah bisa berdamai dengan dirinya sendiri.
Menurut Psychology Today (2021), pemulihan dari quarter life crisis sering ditandai dengan peningkatan kesejahteraan psikologis, rasa syukur, dan kemampuan melihat tantangan sebagai peluang belajar.
Ciri-ciri seseorang telah pulih dari quarter life crisis:
-
Tidak mudah membandingkan diri dengan orang lain
-
Punya visi hidup yang realistis
-
Menjalani hidup dengan kesadaran penuh (mindfulness)
-
Mampu mengelola stres dengan cara sehat
Pada tahap ini, seseorang tidak lagi melihat masa lalu sebagai kegagalan, melainkan batu loncatan menuju versi dirinya yang lebih matang.
Cara Melewati Quarter Life Crisis dengan Sehat
Setiap orang punya perjalanan yang berbeda, tapi ada beberapa cara umum yang bisa membantu menghadapi fase ini:
-
Terima perasaanmu tanpa menghakimi.
Sadari bahwa merasa bingung atau gagal bukan hal yang memalukan. -
Kurangi perbandingan sosial.
Fokus pada perkembangan diri daripada pencapaian orang lain. -
Bangun kebiasaan refleksi diri.
Misalnya dengan menulis jurnal atau berbicara dengan mentor. -
Cari dukungan emosional.
Bicarakan perasaanmu pada orang yang bisa dipercaya, atau pertimbangkan konseling jika dibutuhkan. -
Tetapkan tujuan kecil yang realistis.
Langkah kecil yang konsisten lebih penting daripada perubahan besar yang tidak terencana.
Quarter life crisis bukan akhir dari perjalanan hidup, melainkan bagian penting dari proses menuju kedewasaan emosional.
Dari fase kebingungan hingga pemulihan, setiap tahap membawa pelajaran berharga tentang siapa diri kita dan apa yang kita inginkan dalam hidup.
