Cara Menyusun Laporan Arus Kas UMKM

{"aigc_info":{"aigc_label_type":0,"source_info":"dreamina"},"data":{"os":"web","product":"dreamina","exportType":"generation","pictureId":"0"},"trace_info":{"originItemId":"7566858767309098247"}}

Gubuku – Mengelola keuangan merupakan salah satu hal paling penting dalam menjalankan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Salah satu laporan keuangan yang wajib dibuat oleh setiap pelaku usaha adalah laporan arus kas. Meski terdengar rumit, sebenarnya cara menyusun laporan arus kas UMKM bisa dilakukan dengan mudah jika kita memahami konsep dasarnya.

Laporan arus kas membantu pelaku usaha mengetahui dari mana uang masuk dan ke mana uang keluar selama periode tertentu. Dengan laporan ini, pemilik usaha bisa menilai apakah bisnisnya menghasilkan cukup uang tunai untuk menjalankan kegiatan operasional, membayar utang, dan berinvestasi.

Apa Itu Laporan Arus Kas?

Laporan arus kas (cash flow statement) adalah laporan keuangan yang mencatat semua aktivitas keluar-masuknya uang tunai dalam bisnis selama periode tertentu (misalnya bulanan atau tahunan).
Laporan ini menunjukkan kemampuan bisnis dalam menghasilkan kas serta bagaimana kas tersebut digunakan.

Secara sederhana, laporan arus kas menjawab tiga pertanyaan penting:

  1. Dari mana uang masuk ke bisnis?

  2. Untuk apa uang tersebut digunakan?

  3. Berapa saldo kas yang tersisa?

Mengapa Laporan Arus Kas Penting bagi UMKM?

Bagi pelaku UMKM, arus kas bisa menjadi “nyawa” usaha. Walau bisnis terlihat untung di atas kertas, tapi jika tidak ada uang tunai di tangan, usaha bisa terhambat. Berikut beberapa alasan mengapa laporan arus kas sangat penting:

  1. Mengetahui kondisi keuangan sebenarnya.
    Banyak UMKM yang merasa keuangannya baik karena penjualan tinggi, padahal uangnya belum benar-benar masuk. Arus kas menunjukkan kondisi riil uang tunai yang tersedia.

  2. Membantu pengambilan keputusan.
    Dengan laporan arus kas, pemilik usaha dapat memutuskan kapan waktu yang tepat untuk membeli bahan baku, menambah karyawan, atau melakukan investasi.

  3. Mencegah krisis keuangan.
    Jika arus kas negatif (uang keluar lebih besar dari uang masuk), pemilik bisnis bisa segera mengambil tindakan untuk memperbaiki situasi.

  4. Memudahkan pengajuan pinjaman.
    Bank atau lembaga keuangan biasanya meminta laporan arus kas untuk menilai kemampuan UMKM dalam membayar cicilan.

Komponen Utama Laporan Arus Kas

Laporan arus kas biasanya dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu:

1. Arus Kas dari Aktivitas Operasional

Bagian ini mencatat semua transaksi yang berhubungan langsung dengan kegiatan utama bisnis, seperti:

  1. Penjualan tunai kepada pelanggan

  2. Pembayaran kepada pemasok

  3. Gaji karyawan

  4. Pembayaran biaya operasional (listrik, sewa, bahan baku, dll.)

Contoh:

  1. Uang masuk dari penjualan: Rp10.000.000

  2. Uang keluar untuk pembelian bahan baku: Rp4.000.000

  3. Gaji karyawan: Rp2.000.000

  4. Biaya operasional: Rp1.000.000
    Arus kas operasi bersih = Rp3.000.000

2. Arus Kas dari Aktivitas Investasi

Bagian ini menunjukkan arus kas yang digunakan untuk membeli atau menjual aset tetap bisnis seperti kendaraan, mesin, atau peralatan produksi.

Contoh:

  1. Pembelian mesin baru: Rp2.000.000 (uang keluar)

  2. Penjualan peralatan lama: Rp1.000.000 (uang masuk)
    Arus kas investasi bersih = -Rp1.000.000

Baca Juga :  10 Kesalahan Umum Pengusaha Pemula yang Harus Dihindari

3. Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan

Bagian ini mencatat kegiatan yang berhubungan dengan pendanaan usaha, seperti:

  1. Penerimaan pinjaman

  2. Pembayaran cicilan atau bunga pinjaman

  3. Penambahan modal dari pemilik

Contoh:

  1. Penerimaan pinjaman dari bank: Rp5.000.000

  2. Pembayaran cicilan pinjaman: Rp1.000.000
    Arus kas pendanaan bersih = Rp4.000.000

Langkah-Langkah Menyusun Laporan Arus Kas UMKM

Berikut langkah sederhana yang bisa kamu ikuti untuk membuat laporan arus kas sendiri:

1. Kumpulkan Semua Catatan Keuangan

Mulailah dengan mencatat semua transaksi uang tunai yang terjadi, baik penerimaan maupun pengeluaran. Catatan ini bisa berasal dari:

  1. Buku kas harian

  2. Nota penjualan dan pembelian

  3. Bukti transfer bank

  4. Struk pembayaran

2. Pisahkan Transaksi Berdasarkan Jenisnya

Kategorikan setiap transaksi ke dalam tiga kelompok tadi: operasional, investasi, dan pendanaan. Dengan begitu, kamu bisa melihat dari mana asal uang dan ke mana uang tersebut digunakan.

3. Hitung Total Arus Kas Bersih

Setelah semua transaksi dikelompokkan, hitung total uang masuk dan uang keluar untuk masing-masing kategori.
Rumus sederhana:

Arus Kas Bersih = Total Uang Masuk – Total Uang Keluar

Jika hasilnya positif, berarti bisnis kamu menghasilkan uang. Jika negatif, berarti kamu perlu memperhatikan pengeluaran agar tidak lebih besar dari pemasukan.

4. Periksa Saldo Awal dan Akhir Kas

Sertakan saldo kas awal periode dan akhir periode agar laporanmu lebih akurat.
Rumusnya:

Saldo Akhir Kas = Saldo Awal + Arus Kas Bersih

5. Gunakan Template atau Aplikasi

Jika kamu belum terbiasa membuat laporan manual, kamu bisa memakai template Excel atau aplikasi akuntansi UMKM seperti BukuKas, Mekari, atau Jurnal.id.
Aplikasi ini bisa membantu mencatat transaksi secara otomatis dan menghasilkan laporan arus kas dengan cepat.

Contoh Format Laporan Arus Kas Sederhana

Keterangan Pemasukan Pengeluaran
Arus Kas Operasional
Penjualan tunai Rp10.000.000
Pembelian bahan baku Rp4.000.000
Gaji karyawan Rp2.000.000
Biaya operasional Rp1.000.000
Arus Kas Operasional Bersih Rp10.000.000 Rp7.000.000
Arus Kas dari Investasi
Penjualan aset Rp1.000.000
Pembelian mesin baru Rp2.000.000
Arus Kas Investasi Bersih Rp1.000.000 Rp2.000.000
Arus Kas dari Pendanaan
Pinjaman dari bank Rp5.000.000
Pembayaran cicilan pinjaman Rp1.000.000
Arus Kas Pendanaan Bersih Rp5.000.000 Rp1.000.000
Total Arus Kas Bersih Rp3.000.000
Saldo Awal Kas Rp2.000.000
Saldo Akhir Kas Rp5.000.000

Tips Mengelola Arus Kas agar Bisnis Tetap Lancar

  1. Pisahkan uang pribadi dan uang bisnis.
    Jangan mencampur keduanya agar laporan lebih akurat.

  2. Catat semua transaksi setiap hari.
    Walau kecil, catatan transaksi harian akan membantu kamu memahami arus uang.

  3. Periksa arus kas secara rutin.
    Idealnya, laporan arus kas dicek setiap akhir bulan agar bisa segera terlihat jika ada masalah keuangan.

  4. Rencanakan pengeluaran.
    Hindari pengeluaran mendadak tanpa perhitungan. Pastikan setiap pembelian mendukung pertumbuhan bisnis.

  5. Gunakan software keuangan.
    Aplikasi keuangan bisa membantu kamu membuat laporan otomatis dan menghemat waktu.

Menyusun laporan arus kas UMKM tidak harus rumit. Dengan mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran, mengelompokkannya berdasarkan aktivitas, serta menghitung saldo kas bersih, kamu sudah bisa memahami kondisi keuangan bisnis dengan jelas.

Laporan arus kas bukan hanya sekadar dokumen, tapi alat penting untuk mengontrol, merencanakan, dan menumbuhkan bisnis. Dengan arus kas yang sehat, UMKM akan lebih siap menghadapi tantangan dan terus berkembang.

Intership SMKN 1 Bungo |Mukmainna

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *