Metode FIFO dan Average dalam Akuntansi Persediaan UMKM

{"aigc_info":{"aigc_label_type":0,"source_info":"dreamina"},"data":{"os":"web","product":"dreamina","exportType":"generation","pictureId":"0"},"trace_info":{"originItemId":"7566902227894275335"}}

Gubuku – Bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), persediaan atau stok barang merupakan aset penting yang harus dikelola dengan baik. Persediaan mencakup barang yang akan dijual atau bahan baku yang digunakan untuk produksi.

Kalau pengelolaan persediaan tidak akurat, dampaknya bisa fatal: keuntungan tidak terukur, stok habis saat permintaan tinggi, atau modal tersangkut di barang yang tidak laku.

Karena itu, akuntansi persediaan diperlukan untuk:

  1. Mengetahui nilai barang yang masih ada di gudang.

  2. Menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP) dengan benar.

  3. Membantu membuat keputusan bisnis berdasarkan data yang akurat.

Dua metode paling umum digunakan oleh UMKM untuk menghitung nilai persediaan adalah FIFO dan Average. Yuk kita bahas satu per satu dengan contoh sederhana.

2. Apa Itu Metode FIFO (First In, First Out)?

FIFO adalah singkatan dari First In, First Out yang berarti “barang yang pertama masuk adalah barang yang pertama keluar.”

Secara sederhana, FIFO menganggap bahwa barang yang dibeli atau diproduksi lebih dulu akan dijual lebih dulu. Jadi, nilai persediaan akhir akan didasarkan pada harga pembelian barang yang terbaru.

Contoh Sederhana:

Misalnya, toko baju UMKM membeli kaos dengan rincian:

  1. 100 pcs kaos @Rp50.000 (tanggal 1 Januari)

  2. 100 pcs kaos @Rp55.000 (tanggal 10 Januari)

Lalu, pada tanggal 20 Januari, toko tersebut menjual 120 pcs.

Dengan metode FIFO, kaos yang dijual dianggap berasal dari pembelian paling awal:

  1. 100 pcs dari stok pertama (Rp50.000)

  2. 20 pcs dari stok kedua (Rp55.000)

Jadi HPP-nya adalah:
(100 × 50.000) + (20 × 55.000) = Rp6.100.000

Sisa stok di gudang berarti 80 pcs dari pembelian kedua, dengan nilai per pcs Rp55.000.
Total nilai persediaan akhir = 80 × 55.000 = Rp4.400.000

3. Apa Itu Metode Average (Rata-Rata)?

Metode Average atau rata-rata menggunakan pendekatan yang lebih sederhana. Semua harga pembelian akan dirata-ratakan untuk mendapatkan satu harga persediaan per unit.

Metode ini cocok untuk UMKM yang memiliki banyak transaksi dengan harga barang yang sering berubah, karena tidak perlu mencatat setiap batch pembelian secara terpisah.

Contoh Sederhana:

Menggunakan data yang sama seperti contoh sebelumnya:

  1. 100 pcs kaos @Rp50.000

  2. 100 pcs kaos @Rp55.000

Total biaya pembelian = (100 × 50.000) + (100 × 55.000) = Rp10.500.000
Total barang = 200 pcs

Harga rata-rata per pcs = 10.500.000 ÷ 200 = Rp52.500

Jika toko menjual 120 pcs, maka HPP-nya adalah:
120 × 52.500 = Rp6.300.000

Sisa 80 pcs × 52.500 = Rp4.200.000 sebagai nilai persediaan akhir.

4. Perbandingan FIFO dan Average

Aspek Metode FIFO Metode Average
Konsep Dasar Barang yang masuk lebih dulu dijual lebih dulu Semua barang dianggap memiliki harga rata-rata
Nilai Persediaan Akhir Menggunakan harga pembelian terakhir (baru) Menggunakan harga rata-rata dari seluruh pembelian
Perhitungan HPP HPP lebih rendah saat harga barang naik HPP lebih stabil, tidak terlalu fluktuatif
Kesesuaian Usaha Cocok untuk barang yang mudah rusak atau berubah tren Cocok untuk barang homogen seperti bahan baku
Kemudahan Penerapan Sedikit lebih rumit karena perlu mencatat tiap batch Lebih sederhana dan cepat digunakan
Baca Juga :  Cara Menghadapi Kompetitor dengan Cara Elegan

5. Kelebihan dan Kekurangan Masing-Masing Metode

Metode FIFO

Kelebihan:

  1. Cocok untuk produk yang cepat rusak atau memiliki masa kadaluarsa (makanan, kosmetik, dll).

  2. Persediaan di laporan keuangan mencerminkan harga pasar terbaru.

Kekurangan:

  1. Lebih rumit karena perlu mencatat urutan masuknya barang.

  2. Saat harga barang naik, HPP terlihat lebih rendah, sehingga laba tampak lebih besar (tidak selalu mencerminkan realitas ekonomi).

Metode Average

Kelebihan:

  1. Sederhana dan mudah diterapkan oleh UMKM.

  2. Menghasilkan nilai HPP yang stabil dari waktu ke waktu.

  3. Tidak perlu mencatat setiap batch pembelian secara detail.

Kekurangan:

  1. Tidak mencerminkan perubahan harga pasar terbaru secara akurat.

  2. Kurang cocok untuk bisnis dengan barang yang cepat berubah nilai.

6. Metode Mana yang Lebih Cocok untuk UMKM?

Pilihan metode tergantung pada jenis usaha dan karakteristik barang yang dijual.

  1. Jika kamu menjalankan bisnis makanan, minuman, atau produk cepat kadaluarsa, maka FIFO lebih cocok karena membantu menghindari penumpukan barang lama.

  2. Jika bisnismu menjual barang homogen seperti bahan bangunan, sembako, atau bahan baku, metode Average bisa lebih praktis karena mudah diterapkan dan tidak rumit dalam pencatatan.

Untuk banyak UMKM, metode Average sering dipilih karena sederhana dan mudah digunakan meskipun pencatatan dilakukan secara manual atau dengan aplikasi keuangan sederhana seperti Accurate, BukuKas, atau Beecloud.

7. Tips Mengelola Persediaan dengan Efektif

Selain memilih metode yang tepat, berikut beberapa tips agar pengelolaan persediaan lebih efisien:

  1. Gunakan sistem pencatatan digital.
    Aplikasi akuntansi UMKM bisa membantu menghitung HPP dan stok secara otomatis.

  2. Lakukan stok opname secara berkala.
    Setidaknya sekali sebulan untuk mencocokkan catatan dan stok fisik.

  3. Pantau tren penjualan.
    Dengan mengetahui barang yang cepat laku, kamu bisa mengatur pembelian agar modal tidak menumpuk di stok yang lambat terjual.

  4. Pisahkan stok lama dan baru.
    Ini penting terutama jika kamu menggunakan metode FIFO agar barang lama tidak tertinggal di gudang.

Metode FIFO dan Average adalah dua cara populer yang digunakan UMKM untuk menghitung nilai persediaan dan harga pokok penjualan.

  1. FIFO cocok untuk produk yang cepat rusak dan ingin mencerminkan harga pasar terbaru.

  2. Average cocok untuk produk dengan harga stabil dan jumlah besar karena lebih sederhana.

Yang paling penting, pilih metode yang sesuai dengan karakter bisnis kamu dan konsisten dalam penerapannya, agar laporan keuangan tetap akurat dan mudah dianalisis.

Dengan pengelolaan persediaan yang baik, UMKM bisa menjaga arus kas tetap sehat, mengontrol biaya, dan meningkatkan keuntungan jangka panjang.

Intership SMKN 1 Bungo |Mukmainna

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *