Daftar Isi
- 1 Apakah Resign Selalu Jadi Solusi?
- 2 Kapan Resign Bisa Jadi Keputusan Tepat
- 3 1. Pekerjaan Mengganggu Kesehatan Mental
- 4 2. Tidak Ada Ruang untuk Berkembang
- 5 3. Nilai Hidupmu Tidak Sejalan dengan Perusahaan
- 6 4. Sudah Mempersiapkan Rencana Cadangan
- 7 Kapan Sebaiknya Tunda Dulu Keputusan Resign
- 8 1. Sedang Emosional
- 9 2. Belum Punya Rencana Keuangan
- 10 3. Masih Bisa Diperbaiki dari Dalam
- 11 Tips Sebelum Resign Saat Quarter Life Crisis
- 12 1. Kenali Akar Masalahnya
- 13 2. Evaluasi Nilai dan Tujuan Hidup
- 14 3. Buat Rencana Karier Baru
- 15 4. Konsultasi dengan Orang yang Berpengalaman
- 16 5. Jaga Kesehatan Mental Selama Transisi
- 17 Belajar dari Mereka yang Pernah Mengalaminya
- 18 Tepat atau Tidak Resign Saat Quarter Life Crisis?
Gubuku.id – Ada banyak alasan mengapa seseorang memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya saat krisis ini datang. Berdasarkan hasil survei dari Indeed (2022), alasan paling umum di antaranya adalah:
-
Tidak Merasa Bahagia di Tempat Kerja
Banyak orang merasa pekerjaannya tidak lagi memberikan kepuasan batin. Rutinitas terasa monoton, lingkungan kerja tidak mendukung, atau atasan sulit diajak komunikasi. -
Mencari Pekerjaan yang Lebih Sesuai Passion
Di usia 20-an, banyak orang mulai mencari pekerjaan yang sesuai dengan nilai hidup dan minat pribadi. Rasa ingin “hidup dengan makna” menjadi alasan utama untuk mencari jalan baru. -
Kelelahan Mental dan Burnout
Menurut data dari World Health Organization (WHO, 2019), burnout diakui sebagai fenomena psikologis yang muncul akibat stres kerja berkepanjangan. Kondisi ini membuat seseorang ingin berhenti demi menjaga kesehatan mental. -
Merasa Gagal atau Tertinggal dari Orang Lain
Media sosial sering kali membuat orang membandingkan diri dengan teman sebayanya yang terlihat “lebih sukses”. Akibatnya, muncul tekanan untuk mengubah hidup dengan cara cepat — salah satunya lewat resign.
Apakah Resign Selalu Jadi Solusi?
Sebelum mengambil keputusan besar seperti resign, penting untuk memahami akar masalahnya. Kadang, keinginan untuk berhenti bukan karena pekerjaan yang salah, tapi karena perasaan tidak puas dari dalam diri.
Misalnya:
-
Kamu merasa tidak berkembang, padahal peluang peningkatan karier sebenarnya ada.
-
Kamu merasa bosan, tapi belum mencoba tantangan baru di tempat kerja.
-
Kamu merasa gagal, tapi sebenarnya hanya butuh waktu untuk belajar dan beradaptasi.
Menurut psikolog Dr. Meg Jay dalam bukunya The Defining Decade (2012), masa usia 20-an bukanlah waktu untuk menyerah, tapi justru waktu paling berharga untuk membangun arah hidup yang kuat. Artinya, resign bisa menjadi langkah tepat hanya jika dilakukan dengan pertimbangan matang.
Kapan Resign Bisa Jadi Keputusan Tepat
Berikut beberapa tanda bahwa resign mungkin merupakan pilihan yang benar:
1. Pekerjaan Mengganggu Kesehatan Mental
Jika kamu terus merasa cemas, stres berat, atau bahkan kehilangan semangat hidup karena pekerjaan, maka kesehatan mental harus menjadi prioritas utama. Menurut data dari Mental Health Foundation (2021), lingkungan kerja toksik bisa meningkatkan risiko depresi hingga 40%.
2. Tidak Ada Ruang untuk Berkembang
Kalau perusahaan tidak memberikan kesempatan belajar, promosi, atau pengembangan diri, mungkin saatnya kamu mencari lingkungan yang bisa mendukung pertumbuhan karier.
3. Nilai Hidupmu Tidak Sejalan dengan Perusahaan
Ketika prinsip dan tujuan pribadi berbeda jauh dengan budaya perusahaan, kamu bisa merasa kehilangan jati diri. Dalam jangka panjang, hal ini bisa membuatmu merasa terjebak dan kehilangan motivasi.
4. Sudah Mempersiapkan Rencana Cadangan
Resign tanpa rencana bisa membuat hidup semakin sulit. Tapi kalau kamu sudah punya tabungan, rencana karier baru, atau bisnis kecil yang siap dikembangkan, maka keputusan resign bisa jadi langkah strategis.
Kapan Sebaiknya Tunda Dulu Keputusan Resign
Namun, tidak semua rasa tidak puas harus diakhiri dengan resign. Berikut tanda bahwa kamu sebaiknya menunda dulu:
1. Sedang Emosional
Kalau kamu baru saja mengalami konflik di kantor atau sedang stres berat, sebaiknya jangan langsung ambil keputusan. Emosi sesaat bisa membuatmu menyesal di kemudian hari.
2. Belum Punya Rencana Keuangan
Resign tanpa persiapan finansial bisa membuat stres makin parah. Idealnya, siapkan tabungan minimal 3–6 bulan biaya hidup sebelum benar-benar berhenti kerja.
3. Masih Bisa Diperbaiki dari Dalam
Terkadang, masalah bisa diselesaikan dengan komunikasi yang baik. Cobalah bicara dengan atasan atau HR tentang beban kerja, jalur karier, atau fleksibilitas waktu. Langkah kecil ini bisa memberikan perubahan besar.
Tips Sebelum Resign Saat Quarter Life Crisis
Jika kamu benar-benar mempertimbangkan untuk resign, lakukan beberapa langkah berikut agar keputusanmu matang dan tidak berujung penyesalan:
1. Kenali Akar Masalahnya
Tulis hal-hal yang membuatmu ingin keluar. Apakah karena atasan, beban kerja, atau karena kamu ingin arah hidup baru? Dengan memahami akar masalah, kamu bisa menentukan solusi yang paling sesuai.
2. Evaluasi Nilai dan Tujuan Hidup
Tanyakan pada diri sendiri: “Apa yang sebenarnya aku cari dari pekerjaan?”
Menurut Forbes (2023), orang yang bekerja sesuai nilai dan maknanya cenderung memiliki kepuasan hidup lebih tinggi.
3. Buat Rencana Karier Baru
Jangan resign dulu sebelum tahu langkah berikutnya. Buat peta jalan karier yang mencakup:
-
Bidang pekerjaan baru yang ingin kamu geluti
-
Skill yang perlu ditingkatkan
-
Target waktu dan keuangan
4. Konsultasi dengan Orang yang Berpengalaman
Bicarakan rencanamu dengan mentor, rekan kerja senior, atau konselor karier. Perspektif orang lain bisa membantumu melihat situasi dengan lebih jernih.
5. Jaga Kesehatan Mental Selama Transisi
Proses resign sering kali membuat cemas karena keluar dari zona nyaman. Jadi, jangan lupa istirahat cukup, olahraga, dan lakukan aktivitas yang menenangkan pikiran seperti journaling atau meditasi.
Belajar dari Mereka yang Pernah Mengalaminya
Banyak kisah sukses yang berawal dari keputusan berani saat quarter life crisis. Misalnya, Michelle Phan, seorang YouTuber terkenal, memutuskan keluar dari kuliah demi mengejar passion di dunia kecantikan — dan kini sukses membangun brand kosmetik sendiri.
Namun, ada juga kisah sebaliknya, di mana orang yang tergesa-gesa resign justru menyesal karena belum siap secara finansial dan emosional.
Pelajaran utamanya: resign bisa menjadi langkah baik, tapi harus dilakukan dengan perencanaan matang.
Tepat atau Tidak Resign Saat Quarter Life Crisis?
Jawabannya: tergantung pada situasi dan kesiapanmu.
Jika kamu resign hanya karena stres sesaat tanpa arah yang jelas, itu bisa jadi keputusan yang terburu-buru. Tapi jika kamu sudah memahami diri, menyiapkan rencana cadangan, dan tahu apa yang ingin kamu capai, maka resign bisa menjadi titik balik positif dalam hidupmu.
