Cara Menjaga Rasio Likuiditas UMKM Tetap Aman

{"aigc_info":{"aigc_label_type":0,"source_info":"dreamina"},"data":{"os":"web","product":"dreamina","exportType":"generation","pictureId":"0"},"trace_info":{"originItemId":"7566891046953602311"}}

Gubuku – Sebelum membahas cara menjaganya, kamu perlu tahu dulu apa itu rasio likuiditas.
Secara sederhana, rasio likuiditas adalah ukuran kemampuan sebuah usaha dalam membayar kewajiban jangka pendeknya, seperti utang usaha, gaji karyawan, atau biaya operasional harian.

Kalau kamu punya uang tunai atau aset lancar (seperti piutang dan stok barang) yang cukup untuk menutupi semua kewajiban tersebut, berarti likuiditas bisnismu dalam kondisi aman.

Beberapa jenis rasio likuiditas yang umum digunakan di dunia bisnis antara lain:

  1. Current Ratio (Rasio Lancar): mengukur kemampuan aset lancar menutupi kewajiban lancar.
    Rumusnya:
    👉 Current Ratio = Aset Lancar / Kewajiban Lancar

  2. Quick Ratio (Rasio Cepat): mirip dengan current ratio, tapi tanpa memperhitungkan stok barang.
    Rumusnya:
    👉 Quick Ratio = (Aset Lancar – Persediaan) / Kewajiban Lancar

  3. Cash Ratio (Rasio Kas): hanya menghitung uang tunai dan setara kas yang bisa langsung dipakai.
    Rumusnya:
    👉 Cash Ratio = Kas / Kewajiban Lancar

Untuk UMKM, kamu tidak perlu terlalu rumit. Cukup fokus pada apakah uang tunai yang ada cukup untuk bayar utang dan biaya bulanan. Jika iya, maka likuiditas kamu baik.

2. Mengapa Rasio Likuiditas Penting untuk UMKM?

Rasio likuiditas ibarat “napas” bagi usaha kecil. Tanpa likuiditas yang sehat, bisnismu bisa kehabisan uang sebelum menghasilkan keuntungan.
Beberapa alasan mengapa likuiditas penting antara lain:

  1. Menjamin kelancaran operasional:
    Bisnis perlu dana untuk membeli bahan baku, membayar gaji, atau menutup biaya harian. Jika likuiditas buruk, semua kegiatan bisa berhenti.

  2. Meningkatkan kepercayaan investor dan kreditur:
    Bank atau lembaga keuangan akan menilai likuiditas sebelum memberi pinjaman. Rasio yang sehat menunjukkan bisnismu stabil.

  3. Menghindari krisis keuangan:
    Likuiditas yang buruk bisa memicu utang menumpuk atau keterlambatan pembayaran, yang akhirnya membuat reputasi usaha menurun.

  4. Mendukung pengambilan keputusan:
    Dengan memahami kondisi likuiditas, kamu bisa menentukan kapan waktu yang tepat untuk ekspansi atau investasi baru.

3. Cara Menjaga Rasio Likuiditas Tetap Aman

Berikut langkah-langkah praktis yang bisa dilakukan oleh pelaku UMKM untuk menjaga rasio likuiditas tetap sehat dan aman.

a. Catat Semua Pemasukan dan Pengeluaran

Langkah pertama dan paling penting adalah membuat pencatatan keuangan yang rapi.
Banyak UMKM gagal menjaga likuiditas karena tidak tahu dengan pasti berapa uang masuk dan keluar setiap bulan.

Gunakan buku kas sederhana atau aplikasi keuangan gratis seperti Aplikasi BukuKas, Catatan Keuangan Excel, atau Kledo untuk membantu memantau arus kas.

Tips: Catat setiap transaksi sekecil apa pun, termasuk pembelian alat tulis, transportasi, dan biaya harian.

b. Bedakan Keuangan Pribadi dan Bisnis

Kesalahan paling sering terjadi di UMKM adalah mencampur uang pribadi dengan uang usaha.
Jika hal ini terus dilakukan, kamu akan sulit mengetahui apakah bisnismu untung atau rugi, dan likuiditasnya bisa terganggu.

Solusinya:

  1. Buat rekening khusus bisnis.

  2. Tetapkan gaji untuk diri sendiri (sebagai pemilik) agar pengeluaran pribadi tidak mengganggu keuangan usaha.

  3. Disiplin dalam mencatat setiap penarikan uang.

c. Kelola Piutang dengan Bijak

Seringkali UMKM memberi tempo pembayaran kepada pelanggan, tapi lupa menagih tepat waktu.
Piutang yang menumpuk berarti uang tidak mengalir, dan ini bisa menurunkan likuiditas.

Cara mengatasinya:

  1. Tetapkan batas waktu pembayaran yang jelas (misalnya maksimal 30 hari).

  2. Buat sistem pengingat untuk menagih pelanggan tepat waktu.

  3. Berikan potongan harga kecil bagi pelanggan yang membayar lebih cepat (early payment discount).

Baca Juga :  Cara Menganalisis Pasar Sebelum Memulai Bisnis Baru

d. Jaga Persediaan Agar Tidak Berlebihan

Terlalu banyak stok barang bisa membuat uang “tertahan” di gudang.
Idealnya, kamu harus menjaga agar stok selalu berputar cepat.

Lakukan evaluasi setiap bulan:

  1. Barang mana yang cepat laku → tingkatkan stoknya.

  2. Barang mana yang jarang terjual → kurangi pembeliannya.

Dengan cara ini, kamu tidak perlu mengeluarkan terlalu banyak uang untuk barang yang belum tentu laku.

e. Buat Anggaran Kas (Cash Flow Budget)

Anggaran kas adalah rencana keuangan untuk beberapa bulan ke depan.
Tujuannya untuk memastikan kamu selalu punya cukup uang tunai saat dibutuhkan.

Langkah sederhana membuat anggaran kas:

  1. Catat semua pemasukan yang diperkirakan (penjualan, pendapatan tambahan).

  2. Catat semua pengeluaran yang diperkirakan (biaya bahan baku, sewa, gaji, dll).

  3. Hitung selisihnya untuk memastikan saldo kas tidak minus.

Kalau ternyata ada potensi kekurangan kas, kamu bisa segera cari solusi, seperti menunda pembelian besar atau mencari pendanaan sementara.

f. Gunakan Teknologi Keuangan (Fintech)

Sekarang banyak aplikasi keuangan digital yang bisa membantu UMKM mengelola likuiditas.
Contohnya:

  1. Jurnal by Mekari untuk mencatat laporan keuangan otomatis.

  2. KoinWorks untuk mencari pinjaman usaha.

  3. QRIS dan e-wallet untuk mempercepat transaksi dan memperlancar arus kas masuk.

Dengan teknologi, kamu bisa lebih cepat mengambil keputusan karena data keuangan tersedia secara real-time.

g. Siapkan Dana Darurat Usaha

Sama seperti dana darurat pribadi, bisnis juga perlu memiliki cadangan kas untuk menghadapi situasi tak terduga seperti penurunan penjualan, kenaikan harga bahan baku, atau pelanggan yang menunda pembayaran.

Idealnya, dana darurat bisnis mencakup:

  1. 3–6 bulan biaya operasional.

Kamu bisa menyimpannya dalam rekening terpisah agar tidak mudah terpakai untuk keperluan lain.

h. Hindari Utang Konsumtif

Utang memang bisa membantu bisnis berkembang, tapi harus digunakan dengan bijak.
Utang konsumtif (seperti membeli kendaraan pribadi dengan dana bisnis) hanya akan memperburuk likuiditas.

Sebaiknya gunakan utang untuk hal produktif, misalnya:

  1. Membeli peralatan produksi.

  2. Menambah stok barang yang cepat laku.

  3. Membiayai pemasaran digital untuk meningkatkan penjualan.

4. Cara Mengevaluasi Likuiditas Secara Rutin

Menjaga rasio likuiditas bukan pekerjaan sekali jadi, tapi harus dievaluasi secara berkala.

Langkah mudahnya:

  1. Buat laporan keuangan sederhana tiap bulan (neraca dan arus kas).

  2. Hitung rasio lancar (Current Ratio) secara rutin. Idealnya, angkanya berada di kisaran 1,5–2 kali.
    Artinya, aset lancar kamu dua kali lebih besar dari kewajiban lancar.

  3. Jika rasio terlalu rendah (<1), segera cari solusi dengan menambah kas atau menekan pengeluaran.

  4. Jika terlalu tinggi (>3), bisa jadi uang kamu terlalu banyak mengendap — lebih baik diputar untuk ekspansi.

5. Contoh Kasus Sederhana

Misalnya UMKM “Roti Lezat” memiliki data keuangan:

  1. Aset lancar: Rp50 juta

  2. Kewajiban lancar: Rp30 juta

Maka:
👉 Rasio Lancar = 50 / 30 = 1,67

Artinya, usaha tersebut berada di posisi aman.
Tapi kalau kewajiban meningkat jadi Rp45 juta, maka:
👉 Rasio Lancar = 50 / 45 = 1,11
Ini sudah mulai berisiko, sehingga pemilik usaha harus segera menambah kas atau mengurangi utang.

Menjaga rasio likuiditas UMKM tetap aman berarti menjaga kelangsungan hidup bisnis itu sendiri.
Kuncinya ada pada pencatatan keuangan yang disiplin, pengelolaan kas yang bijak, dan penggunaan teknologi keuangan yang efisien.

Jangan tunggu sampai keuangan seret baru bertindak.
Mulailah dari hal kecil — seperti mencatat transaksi harian dan memisahkan rekening bisnis — karena langkah sederhana itulah yang akan menjaga bisnismu tetap sehat dan bertumbuh

Intership SMKN 1 Bungo |Mukmainna

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *