Daftar Isi
- 1 1. Pahami Alur Keuangan Bisnis Konstruksi
- 2 2. Pisahkan Keuangan Bisnis dan Pribadi
- 3 3. Catat Semua Transaksi Secara Rinci
- 4 4. Buat Anggaran dan Rencana Keuangan Setiap Proyek
- 5 5. Kelola Arus Kas (Cash Flow) dengan Baik
- 6 6. Awasi Pengeluaran di Lapangan
- 7 7. Hitung Keuntungan Secara Realistis
- 8 8. Simpan Dana untuk Pemeliharaan dan Peralatan
- 9 9. Gunakan Teknologi untuk Meningkatkan Efisiensi
- 10 10. Rutin Mengevaluasi Kinerja Keuangan
- 11 11. Siapkan Dana Cadangan dan Rencana Darurat
Gubuku – Bisnis konstruksi adalah salah satu sektor yang menjanjikan, tapi juga penuh tantangan. Bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di bidang ini, tantangan terbesar biasanya bukan hanya soal mendapatkan proyek, tapi juga mengelola keuangan dengan baik.
Karena sifat proyek konstruksi yang tidak rutin dan banyak pengeluaran besar di awal, kesalahan kecil dalam mengatur uang bisa membuat bisnis macet di tengah jalan. Oleh karena itu, pengelolaan keuangan yang rapi dan terencana sangat penting agar UMKM konstruksi bisa bertahan dan tumbuh.
Artikel ini akan menjelaskan langkah-langkah cara mengelola keuangan UMKM konstruksi dengan bahasa yang mudah dimengerti dan bisa langsung diterapkan.
1. Pahami Alur Keuangan Bisnis Konstruksi
Berbeda dengan bisnis lain, alur keuangan usaha konstruksi memiliki ciri khas tersendiri. Biasanya:
-
Uang masuk tidak rutin (tergantung progres proyek atau termin pembayaran).
-
Uang keluar sering besar di awal untuk bahan, alat, dan tenaga kerja.
-
Kadang ada jeda lama antara pengeluaran dan pemasukan.
Maka dari itu, kamu perlu memahami kapan uang keluar dan kapan uang masuk agar arus kas tidak terganggu.
👉 Tips sederhana: Buat daftar alur keuangan proyek dari awal hingga selesai. Tuliskan kapan kamu perlu mengeluarkan uang dan kapan pembayaran diperkirakan masuk. Dengan begitu, kamu bisa memperkirakan kebutuhan modal kerja dengan lebih akurat.
2. Pisahkan Keuangan Bisnis dan Pribadi
Kesalahan umum di banyak UMKM konstruksi adalah mencampur uang pribadi dengan uang proyek.
Misalnya, uang hasil pembayaran proyek dipakai untuk kebutuhan rumah tangga, lalu ketika proyek baru dimulai lagi, modalnya sudah habis.
Mulai sekarang, buat dua rekening berbeda:
-
Satu khusus untuk operasional bisnis.
-
Satu lagi untuk keperluan pribadi.
Dengan begitu, kamu bisa tahu berapa sebenarnya keuntungan usaha kamu dan seberapa besar biaya yang dikeluarkan untuk proyek.
3. Catat Semua Transaksi Secara Rinci
Pencatatan keuangan yang rapi sangat penting dalam bisnis konstruksi. Karena setiap proyek biasanya memiliki banyak komponen biaya, seperti:
-
Bahan bangunan (semen, pasir, besi, cat, dll.)
-
Tenaga kerja
-
Sewa alat berat
-
Transportasi dan logistik
-
Biaya tak terduga
Gunakan buku catatan, Excel, atau aplikasi keuangan sederhana seperti Mekari Jurnal, BukuKas, atau Kledo. Catat:
-
Setiap uang masuk dan keluar.
-
Tanggal transaksi.
-
Proyek mana yang terkait.
Dengan begitu, kamu bisa melihat dengan jelas mana proyek yang menguntungkan dan mana yang masih boros.
4. Buat Anggaran dan Rencana Keuangan Setiap Proyek
Sebelum proyek dimulai, buat anggaran biaya (RAB) secara detail. Ini mencakup seluruh pengeluaran mulai dari pembelian bahan, gaji tukang, hingga transportasi.
Pastikan kamu juga menambahkan cadangan dana darurat sekitar 5–10% dari total biaya, karena di lapangan sering ada pengeluaran tak terduga, seperti:
-
Harga bahan naik.
-
Pekerjaan tambahan dari klien.
-
Keterlambatan pengiriman bahan.
👉 Contoh:
Jika total biaya proyek Rp100 juta, tambahkan dana cadangan Rp10 juta untuk mengantisipasi perubahan. Dengan begitu, kamu tidak perlu panik saat ada biaya tambahan.
5. Kelola Arus Kas (Cash Flow) dengan Baik
Arus kas adalah nyawa bisnis konstruksi. Karena pembayaran dari klien sering datang setelah pekerjaan selesai sebagian atau seluruhnya, kamu harus pandai mengatur uang agar operasional tetap berjalan.
Berikut tipsnya:
-
Gunakan sistem termin pembayaran. Misalnya, 30% di awal, 40% di tengah, dan 30% saat selesai.
-
Negosiasikan jadwal pembayaran dengan klien agar sesuai kebutuhan operasional.
-
Hindari mengandalkan satu proyek saja. Jika memungkinkan, kerjakan beberapa proyek kecil agar arus kas lebih stabil.
Dengan mengatur arus kas, kamu bisa memastikan tidak kehabisan uang di tengah proyek.
6. Awasi Pengeluaran di Lapangan
Dalam bisnis konstruksi, sering kali pengeluaran di lapangan tidak sesuai rencana karena pembelian mendadak atau pemborosan bahan.
Untuk menghindarinya:
-
Tetapkan PIC keuangan proyek (orang yang bertanggung jawab mencatat semua pengeluaran).
-
Gunakan sistem bukti pengeluaran (nota/faktur) untuk setiap pembelian.
-
Lakukan evaluasi mingguan agar tahu apakah pengeluaran masih sesuai anggaran.
Langkah kecil seperti ini bisa mencegah kebocoran keuangan yang sering luput dari perhatian.
7. Hitung Keuntungan Secara Realistis
Banyak pengusaha konstruksi merasa sudah untung, padahal belum menghitung semua biaya.
Pastikan kamu menghitung:
-
Biaya bahan dan tenaga kerja.
-
Biaya operasional (transportasi, alat, makan tukang).
-
Biaya administrasi dan pajak.
Baru setelah semua biaya dikurangi dari pendapatan proyek, kamu akan tahu keuntungan bersih sebenarnya.
👉 Tips tambahan: Buat laporan laba rugi sederhana setiap proyek agar kamu tahu seberapa besar margin keuntungan yang diperoleh.
8. Simpan Dana untuk Pemeliharaan dan Peralatan
Bisnis konstruksi sering membutuhkan alat dan kendaraan yang harus dirawat atau diganti secara berkala. Jika tidak disiapkan dari awal, biaya ini bisa menjadi beban besar.
Saran terbaik adalah sisihkan sebagian keuntungan (misalnya 5–10%) untuk:
-
Servis alat kerja seperti molen, bor, atau genset.
-
Pembelian alat baru jika yang lama rusak.
-
Pemeliharaan kendaraan operasional.
Dengan begitu, kamu tidak akan kaget ketika alat rusak di tengah proyek dan harus beli baru.
9. Gunakan Teknologi untuk Meningkatkan Efisiensi
Sekarang banyak teknologi yang bisa membantu UMKM konstruksi dalam mengelola keuangan:
-
Aplikasi keuangan untuk mencatat transaksi otomatis.
-
Software manajemen proyek untuk memantau progress dan biaya.
-
Sistem pembayaran digital (QRIS, e-wallet, transfer online) agar transaksi lebih cepat dan aman.
Teknologi bukan hanya untuk perusahaan besar. Dengan sedikit belajar, UMKM pun bisa menghemat waktu dan menghindari kesalahan dalam pencatatan.
10. Rutin Mengevaluasi Kinerja Keuangan
Setelah proyek selesai, jangan langsung lanjut ke proyek berikutnya tanpa evaluasi.
Lakukan review keuangan proyek, meliputi:
-
Apakah anggaran sesuai rencana?
-
Pengeluaran apa yang paling boros?
-
Apakah termin pembayaran berjalan lancar?
-
Berapa keuntungan bersih yang diperoleh?
Evaluasi ini penting agar kamu bisa memperbaiki strategi di proyek berikutnya.
Semakin sering kamu melakukan evaluasi, semakin kuat kemampuanmu dalam mengelola keuangan.
11. Siapkan Dana Cadangan dan Rencana Darurat
Dalam bisnis konstruksi, keterlambatan pembayaran dari klien bisa sangat memengaruhi arus kas.
Oleh karena itu, siapkan dana cadangan minimal 3 bulan operasional agar bisnis tetap bisa berjalan meskipun ada proyek yang tertunda.
Selain itu, buat rencana darurat seperti:
-
Menyusun daftar pemasok cadangan jika harga bahan naik.
-
Menyiapkan kerja sama dengan lembaga keuangan mikro atau koperasi untuk akses modal cepat.
Langkah antisipatif ini bisa membuat bisnismu tetap aman di saat kondisi tidak menentu.
Mengelola keuangan UMKM konstruksi bukan sekadar mencatat uang masuk dan keluar, tapi juga mengatur strategi agar bisnis tetap stabil dan berkembang.
Langkah-langkah penting yang perlu diingat:
-
Pahami alur keuangan proyek.
-
Pisahkan uang pribadi dan bisnis.
-
Catat semua transaksi dengan rapi.
-
Buat anggaran dan dana cadangan.
-
Jaga arus kas agar tidak macet.
-
Awasi pengeluaran lapangan.
-
Hitung keuntungan secara benar.
-
Sisihkan dana untuk peralatan.
-
Gunakan teknologi keuangan.
-
Evaluasi hasil setiap proyek.
Dengan pengelolaan yang disiplin dan terencana, UMKM konstruksi bisa berkembang lebih sehat, memiliki keuangan yang kuat, dan siap menghadapi berbagai tantangan bisnis ke depan.
Intership SMKN 1 Bungo |Mukmainna
