Daftar Isi
- 1 1. Pisahkan Uang Pribadi dan Uang Usaha
- 2 2. Catat Semua Transaksi Keuangan
- 3 3. Buat Anggaran (Budget) Usaha Pertanian
- 4 4. Gunakan Teknologi Keuangan (Fintech)
- 5 5. Kelola Arus Kas (Cash Flow) dengan Baik
- 6 6. Rencanakan Investasi dan Pengembangan Usaha
- 7 7. Pantau Keuntungan dan Evaluasi Secara Berkala
- 8 8. Gunakan Laporan Keuangan Sederhana
- 9 9. Disiplin Menabung dan Siapkan Dana Darurat
- 10 10. Edukasi Keuangan untuk Petani dan Tim
Gubuku – Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di bidang pertanian punya potensi besar untuk berkembang, apalagi dengan meningkatnya kebutuhan pangan dan produk organik di Indonesia. Namun, banyak pelaku UMKM pertanian yang masih menghadapi satu tantangan utama: pengelolaan keuangan.
Banyak petani atau pengusaha kecil yang belum memisahkan uang pribadi dengan uang usaha, tidak punya catatan keuangan, dan sulit menghitung keuntungan bersih. Akibatnya, usaha pertanian sulit tumbuh karena tidak ada perencanaan yang jelas.
Padahal, dengan manajemen keuangan yang baik, UMKM pertanian bisa lebih mudah mengatur modal, menekan biaya, dan meningkatkan keuntungan secara berkelanjutan. Mari kita bahas langkah-langkah sederhana yang bisa diterapkan.
1. Pisahkan Uang Pribadi dan Uang Usaha
Langkah pertama yang paling penting adalah memisahkan keuangan pribadi dengan keuangan usaha.
Kesalahan yang sering terjadi adalah uang hasil panen atau penjualan langsung dipakai untuk kebutuhan rumah tangga, tanpa dicatat.
Cara mudah mengatasinya:
-
Buat rekening bank khusus untuk usaha pertanian.
-
Gunakan rekening tersebut hanya untuk transaksi bisnis seperti pembelian pupuk, bibit, alat, atau pembayaran tenaga kerja.
-
Tentukan gaji bulanan untuk diri sendiri agar kebutuhan pribadi tidak mengganggu modal usaha.
Dengan cara ini, kamu bisa tahu berapa sebenarnya pendapatan dan pengeluaran usaha setiap bulannya.
2. Catat Semua Transaksi Keuangan
Mencatat keuangan bukan hal yang rumit. Kamu tidak perlu software mahal. Cukup gunakan buku catatan, Excel, atau aplikasi keuangan gratis seperti BukuWarung, Kledo, atau Mekari Jurnal.
Catat setiap transaksi sekecil apa pun, misalnya:
-
Pembelian bibit: Rp 500.000
-
Pembelian pupuk: Rp 300.000
-
Penjualan hasil panen: Rp 2.000.000
Dengan pencatatan yang rapi, kamu bisa tahu berapa besar pengeluaran dan berapa keuntungan bersih yang diperoleh.
Selain itu, pencatatan juga berguna saat kamu ingin mengajukan pinjaman modal ke bank atau lembaga keuangan.
3. Buat Anggaran (Budget) Usaha Pertanian
Setiap usaha, termasuk pertanian, perlu memiliki anggaran keuangan.
Anggaran membantu kamu mengontrol pengeluaran dan menghindari penggunaan uang untuk hal yang tidak penting.
Langkah membuat anggaran:
-
Hitung seluruh biaya operasional (bibit, pupuk, alat, tenaga kerja, transportasi).
-
Tentukan target penjualan hasil panen.
-
Sisihkan dana cadangan minimal 10% dari pendapatan untuk kebutuhan darurat seperti gagal panen atau perbaikan alat.
Contoh sederhana:
Pendapatan panen bulan ini: Rp 10.000.000
Pengeluaran operasional: Rp 6.000.000
Dana darurat: Rp 1.000.000
Keuntungan bersih: Rp 3.000.000
Dengan perencanaan seperti ini, kamu bisa lebih mudah mengontrol keuangan usaha.
4. Gunakan Teknologi Keuangan (Fintech)
Saat ini, banyak aplikasi keuangan dan pembayaran digital yang bisa membantu UMKM pertanian.
Kamu bisa menggunakan dompet digital, QRIS, atau aplikasi kasir online agar transaksi lebih mudah dan tercatat otomatis.
Contohnya:
-
OVO, DANA, GoPay, atau LinkAja untuk menerima pembayaran.
-
BukuKas atau KoinWorks untuk mencatat arus kas.
-
TaniFund dan Crowde untuk mencari tambahan modal dari investor.
Dengan bantuan teknologi, pengelolaan keuangan jadi lebih cepat, akurat, dan efisien.
5. Kelola Arus Kas (Cash Flow) dengan Baik
Arus kas adalah aliran uang masuk dan keluar dari usaha.
Dalam pertanian, arus kas sering tidak stabil karena pendapatan biasanya datang saat panen, sedangkan pengeluaran berjalan terus setiap bulan.
Untuk menjaga arus kas tetap sehat:
-
Simpan sebagian keuntungan dari musim panen untuk biaya operasional di musim tanam berikutnya.
-
Hindari pembelian alat baru jika keuangan belum stabil.
-
Catat tanggal pembayaran dan penerimaan agar tidak terjadi kekosongan kas.
Misalnya, jika panen besar terjadi setiap 3 bulan, pastikan ada dana cadangan untuk menutupi pengeluaran pada bulan-bulan tanpa pemasukan besar.
6. Rencanakan Investasi dan Pengembangan Usaha
Setelah keuangan mulai stabil, pikirkan untuk mengembangkan usaha pertanian.
Kamu bisa berinvestasi pada:
-
Pembelian lahan baru
-
Teknologi pertanian modern (seperti alat penyemprot otomatis atau sistem irigasi tetes)
-
Produk turunan seperti pupuk organik, bibit unggul, atau pengemasan hasil panen
Investasi ini bertujuan agar usaha kamu bisa lebih produktif dan menghasilkan keuntungan lebih besar di masa depan.
7. Pantau Keuntungan dan Evaluasi Secara Berkala
Setiap bulan, lakukan evaluasi sederhana:
-
Berapa total penjualan?
-
Berapa pengeluaran?
-
Apakah keuntungan meningkat atau menurun?
Dari hasil evaluasi, kamu bisa menentukan langkah selanjutnya.
Jika keuntungan turun, cari tahu penyebabnya: apakah biaya naik, hasil panen menurun, atau harga jual turun?
Dengan cara ini, kamu bisa mengambil keputusan berdasarkan data, bukan perasaan.
8. Gunakan Laporan Keuangan Sederhana
Tidak perlu laporan yang rumit seperti perusahaan besar.
UMKM pertanian cukup menggunakan tiga laporan utama:
-
Laporan Arus Kas (Cash Flow)
Menunjukkan uang masuk dan keluar. -
Laporan Laba Rugi
Menghitung pendapatan dan pengeluaran untuk melihat keuntungan bersih. -
Laporan Neraca Sederhana
Menunjukkan aset (seperti alat pertanian, kendaraan, lahan) dan kewajiban (utang atau pinjaman).
Dengan laporan ini, kamu bisa tahu kondisi keuangan usaha secara keseluruhan dan membuat keputusan yang lebih tepat.
9. Disiplin Menabung dan Siapkan Dana Darurat
Dalam dunia pertanian, cuaca dan pasar tidak selalu bisa diprediksi.
Oleh karena itu, penting untuk memiliki dana darurat.
Idealnya, dana darurat minimal setara 3–6 bulan pengeluaran operasional.
Misalnya, jika pengeluaran bulanan usaha kamu Rp 3 juta, berarti kamu perlu menyiapkan dana darurat sekitar Rp 9–18 juta.
Dana ini bisa digunakan saat menghadapi situasi tak terduga seperti gagal panen, hama, atau harga pupuk naik.
10. Edukasi Keuangan untuk Petani dan Tim
Terakhir, jangan lupa untuk mengajarkan pentingnya pengelolaan keuangan kepada tim atau keluarga yang terlibat dalam usaha.
Kadang usaha gagal bukan karena modal kurang, tapi karena kurang paham cara mengelola uang.
Ikuti pelatihan, baca buku, atau tonton video edukasi keuangan pertanian dari lembaga seperti Kementerian Koperasi dan UKM, Bank Indonesia, atau OJK yang sering menyediakan materi gratis untuk UMKM.
Mengelola keuangan UMKM pertanian bukanlah hal yang sulit kalau dilakukan dengan disiplin.
Mulailah dari langkah kecil seperti mencatat transaksi harian, memisahkan uang pribadi dan usaha, membuat anggaran, serta menabung keuntungan.
Dengan pengelolaan keuangan yang baik, usaha pertanian bisa berjalan lebih efisien, terhindar dari kerugian, dan siap berkembang di masa depan.
Jadi, jangan tunggu besar dulu baru mengatur keuangan — mulai dari sekarang agar hasil kerja keras di ladang bisa benar-benar memberikan hasil yang maksimal.
Intership SMKN 1 Bungo |Mukmainna
