Daftar Isi
- 1 Mengapa Quarter Life Crisis Terjadi?
- 2 1. Kenali dan Terima Perasaanmu
- 3 2. Kurangi Perbandingan dengan Orang Lain
- 4 3. Tentukan Tujuan Hidup Secara Bertahap
- 5 4. Bangun Kebiasaan Sehat untuk Kesehatan Mental
- 6 5. Belajar Mengelola Keuangan
- 7 6. Cari Support System
- 8 Konsultasi = Kekuatan
- 9 7. Nikmati Proses Hidup
- 10 Quarter Life Crisis Adalah Fase, Bukan Akhir
Gubuku.id – Quarter life crisis adalah fase di mana seseorang merasa bingung, cemas, tidak percaya diri, dan mempertanyakan arah hidup—biasanya terjadi di usia 20 hingga awal 30-an. Hal ini sangat umum dialami, terutama ketika seseorang mulai memasuki dunia kerja, memikirkan pasangan hidup, atau mengejar cita-cita.
Menurut penelitian yang dipublikasikan oleh Harvard Business Review, lebih dari 70% anak muda mengalami quarter life crisis karena tekanan karier, hubungan sosial, dan tuntutan ekonomi modern (Harvard Business Review, 2020). Artinya, jika Anda sedang mengalaminya, Anda tidak sendirian.
Mengapa Quarter Life Crisis Terjadi?
Beberapa penyebab yang sering muncul antara lain:
- 
Perbandingan dengan teman sebaya 
- 
Ekspektasi keluarga dan lingkungan 
- 
Ketidakpastian finansial 
- 
Pertanyaan tentang tujuan dan karier 
- 
Tuntutan untuk segera mapan 
Laporan dari American Psychological Association (APA) juga menyebutkan bahwa media sosial memperbesar rasa tidak puas karena orang sering membandingkan diri dengan pencapaian orang lain (APA, 2021).
Kabar baiknya, masa ini bisa menjadi momen introspeksi besar untuk tumbuh lebih kuat.
1. Kenali dan Terima Perasaanmu
Langkah pertama adalah menyadari dan menerima bahwa perasaan bingung atau tidak yakin itu wajar. Menekan perasaan justru membuat stres semakin besar.
Menurut artikel di Psychology Today, menerima perasaan negatif membantu seseorang lebih cepat pulih secara emosional (Psychology Today, 2022). Jangan merasa lemah—justru ini tanda bahwa kamu sedang bertumbuh.
“Perasaan bingung bukan tanda kegagalan, tapi tanda kamu sedang mencari jalan hidupmu.”
2. Kurangi Perbandingan dengan Orang Lain
Sering scroll Instagram atau TikTok dan merasa hidup orang lain lebih sukses? Itu normal—tapi harus dikendalikan.
Menurut Forbes, media sosial bisa meningkatkan rasa insecure dan tekanan hidup pada anak muda, terutama terkait karier dan gaya hidup (Forbes, 2021).
Cobalah:
- 
Membatasi waktu media sosial 
- 
Fokus pada pencapaian pribadi 
- 
Mengingat bahwa setiap orang punya jalan masing-masing 
Bandingkan dirimu dengan dirimu kemarin, bukan dengan orang lain.
3. Tentukan Tujuan Hidup Secara Bertahap
Banyak orang stres karena merasa belum punya “tujuan hidup besar”. Mulailah dari hal kecil. Buat target harian, mingguan, atau bulanan.
Gunakan metode SMART:
- 
S (Specific) → Spesifik 
- 
M (Measurable) → Terukur 
- 
A (Achievable) → Realistis 
- 
R (Relevant) → Relevan 
- 
T (Time-bound) → Ada batas waktu 
Menurut Stanford Life Design Lab, penetapan tujuan kecil bisa membantu seseorang menemukan arah hidup lebih jelas dan mengurangi kecemasan (Stanford University, 2022).
4. Bangun Kebiasaan Sehat untuk Kesehatan Mental
Menjaga tubuh berarti menjaga pikiran. WHO menegaskan bahwa aktivitas fisik dan tidur cukup dapat menurunkan stres dan kecemasan (WHO, 2023).
Cobalah:
- 
Olahraga 20–30 menit sehari 
- 
Tidur cukup 7–8 jam 
- 
Meditasi atau journaling 
- 
Membaca buku motivasi 
Kesehatan mental adalah fondasi untuk menghadapi tekanan hidup.
5. Belajar Mengelola Keuangan
Banyak kecemasan pada usia 20-an berasal dari masalah uang. Tidak harus kaya dulu—yang penting paham cara mengatur keuangan.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Indonesia, literasi finansial membantu anak muda lebih siap menghadapi tekanan ekonomi dan mencegah stres jangka panjang (OJK, 2022).
Tips sederhana:
- 
Catat pengeluaran 
- 
Sisihkan uang untuk tabungan/investasi 
- 
Hindari hutang konsumtif 
- 
Siapkan dana darurat sedikit demi sedikit 
6. Cari Support System
Curhat dan berbagi cerita itu penting. Dukungan dari orang yang tepat bisa membantu meringankan perasaan.
- 
Keluarga 
- 
Teman dekat 
- 
Mentor karier 
- 
Komunitas positif 
Jika butuh, jangan ragu untuk konsultasi dengan psikolog. Menurut Kemenkes RI, layanan konseling dapat mencegah gangguan mental jangka panjang dan membantu meningkatkan ketenangan pikiran (Kementerian Kesehatan, 2023).
Konsultasi = Kekuatan
Mencari bantuan bukan tanda kelemahan, melainkan bukti bahwa kamu peduli pada dirimu.
7. Nikmati Proses Hidup
Ingat bahwa hidup bukan perlombaan. Setiap orang punya waktunya masing-masing. Tidak semua orang harus sukses di usia 25—ada yang sukses di usia 30, 40 bahkan 50.
Belajar menikmati proses membuat hidup terasa lebih damai. Kata pepatah:
“Perjuangan hari ini adalah cerita sukses di masa depan.”
Rayakan keberhasilan kecil, syukuri perjalanan, dan jangan lupa beristirahat.
Quarter Life Crisis Adalah Fase, Bukan Akhir
Quarter life crisis bukan musibah—ini masa persiapan menjadi lebih dewasa dan matang. Dengan langkah yang tepat, fase ini justru bisa menjadi titik balik.

 
				
			 
				
			 
				
			 
				
			