Daftar Isi
Gubuku.id – Di media sosial, kita sering melihat foto-foto pernikahan teman dengan caption bahagia. Di satu sisi kita ikut senang, tapi di sisi lain ada perasaan “kok aku belum sampai ke sana, ya?”. Ini adalah hal yang wajar dan manusiawi.
Menurut psikolog klinis Ratih Ibrahim (dalam wawancaranya di Kompas.com, 2022), perasaan tertinggal sering kali muncul karena perbandingan sosial (social comparison). Kita membandingkan hidup kita dengan orang lain tanpa menyadari bahwa setiap orang memiliki waktu dan jalannya masing-masing.
Perasaan ini bisa menimbulkan kecemasan, rendah diri, bahkan membuat seseorang mempertanyakan makna hidupnya. Ini adalah ciri khas dari quarter life crisis, di mana seseorang merasa “harusnya aku sudah sampai di titik itu juga”.
Tanda-Tanda Kamu Sedang Mengalami Quarter Life Crisis
Kalau kamu merasa:
-
Sering cemas melihat pencapaian orang lain
-
Mulai mempertanyakan apakah kamu salah mengambil jalan hidup
-
Bingung antara ingin menikah atau mengejar karier
-
Merasa gagal karena belum memenuhi ekspektasi keluarga
-
Sering merasa tidak cukup meski sudah berusaha
…maka kamu mungkin sedang mengalami quarter life crisis.
Psikolog dari Universitas Indonesia, Aulia Putri, M.Psi., menjelaskan bahwa krisis ini bukan tanda kelemahan, tapi tanda bahwa kamu sedang bertumbuh dan mencari arah hidup yang lebih jelas (sumber: Tempo.co, 2023).
Mengapa Kamu Belum Siap Menikah Itu Bukan Masalah
Setiap orang punya waktu dan kesiapan berbeda dalam urusan hidup, termasuk menikah. Tidak semua orang siap di usia 25, dan itu tidak apa-apa.
Menikah bukan hanya tentang cinta, tapi juga tanggung jawab, kesiapan mental, dan finansial. Psikolog Dr. Rini Hildayani dari Universitas Indonesia (2021) menegaskan bahwa menikah tanpa kesiapan justru bisa menimbulkan stres dan konflik dalam hubungan. Jadi, menunda bukan berarti gagal, tetapi bisa menjadi bentuk kedewasaan dalam mengambil keputusan.
Kalau kamu belum siap menikah karena ingin menata diri dulu — memperkuat karier, menabung, atau mengenali diri — itu adalah keputusan yang matang, bukan alasan untuk minder.
Tekanan Sosial: Antara Budaya dan Ekspektasi
Di Indonesia, menikah di usia muda sering dianggap sebagai “tanda sukses” atau “kode sudah dewasa”. Tekanan ini datang bukan hanya dari teman, tapi juga keluarga dan lingkungan sekitar.
Menurut riset dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (2022), 7 dari 10 perempuan muda di Indonesia merasa mendapat tekanan sosial untuk menikah di usia tertentu. Padahal, setiap orang punya fase hidup berbeda.
Jadi, kalau kamu sering mendengar kalimat seperti “kapan nyusul?” atau “umur segitu kok belum menikah?”, cobalah melihatnya bukan sebagai sindiran, tapi sebagai refleksi bahwa masyarakat kita masih terbiasa menilai keberhasilan dari status pernikahan — bukan dari kebahagiaan pribadi.
Cara Menghadapi Quarter Life Crisis Saat Belum Menikah
Berikut beberapa langkah sederhana untuk menghadapi masa ini dengan lebih tenang dan bijak:
1. Kenali Emosimu dan Validasi Perasaanmu
Jangan menolak rasa sedih atau cemas yang muncul. Mengakui bahwa kamu merasa tertinggal adalah langkah awal menuju penyembuhan. Seperti kata Brené Brown, peneliti dari University of Houston, “Vulnerability is not weakness; it’s the courage to show up when you can’t control the outcome.”
2. Batasi Perbandingan Sosial di Media Sosial
Ingat, media sosial hanyalah cuplikan terbaik dari kehidupan seseorang, bukan gambaran utuh. Coba kurangi waktu scroll dan fokus pada hal-hal nyata di sekitarmu.
3. Tentukan Tujuan Hidup Berdasarkan Nilai Pribadimu
Alih-alih mengikuti “timeline sosial”, buatlah timeline versi kamu sendiri. Apa yang ingin kamu capai 5 tahun ke depan? Apakah kamu ingin belajar hal baru, membuka bisnis, atau menata kestabilan finansial?
4. Perkuat Dukungan Sosial dan Spiritualitas
Bicarakan perasaanmu dengan teman yang bisa dipercaya atau keluarga yang suportif. Selain itu, mendekatkan diri pada Tuhan juga bisa memberi ketenangan dan arah baru dalam hidup.
5. Fokus pada Pengembangan Diri
Gunakan waktu ini untuk mengenal diri lebih dalam. Ambil kursus, kembangkan keterampilan, atau lakukan hal-hal yang membuatmu bahagia. Seperti yang dikatakan Albert Bandura (teori self-efficacy), rasa percaya diri tumbuh dari pengalaman keberhasilan kecil yang terus dilatih.
Perspektif Baru: Hidup Bukan Lomba Siapa Cepat Menikah
Pernikahan memang indah, tapi bukan satu-satunya jalan menuju kebahagiaan. Banyak orang yang menikah di usia 35 atau 40 dan tetap merasa bahagia serta matang dalam menjalani hidup.
Sebaliknya, ada pula yang menikah muda tapi akhirnya menyadari bahwa mereka belum siap secara emosional. Jadi, ukuran kebahagiaan bukanlah kecepatan, tapi kesiapan dan ketulusan dalam menjalani proses hidup.
Seperti kata pepatah, “Setiap bunga mekar di waktu yang berbeda, tapi semuanya tetap indah pada saatnya.” Begitu juga dengan hidupmu.
Ketika semua teman menikah sementara kamu belum siap, bukan berarti kamu tertinggal. Itu hanya berarti kamu sedang berada di fase yang berbeda — dan itu sah-sah saja.
